Akhir pekan kemarin kami isi dengan acara keluarga yang diadakan Institut Ibu Profesional Semarang. Acara ini mengambil tema Telusur Harta Karun dan diadakan di Grand Maerakaca. Wah, tampaknya seru sekali untuk diikuti.
Grand Maerakaca adalah semacam TMII-nya Jawa Tengah. Di sini terdapat anjungan dari berbagai kota dan kabupaten yang ada di Jateng. Penataan lahannya pun diusahakan semirip mungkin seperti keadaan sebenarnya. Jadi bentuk lahannya seperti bentuk provinsi Jawa Tengah, dengan perairan di Utara dan Selatan sebagai miniatur Laut Jawa dan Samudra Indonesia. Demikian juga letak aneka sungai dan gunung yang ada di provinsi ini dibuatkan miniaturnya dalam bentuk selokan dan gundukan tanah.
Dalam acara ini, peserta dihitung per tim yang masing-masingnya terdiri dari 3 anggota keluarga. Boleh lebih, sih. Berhubung saat ini anggota keluarga kami bertujuh, maka aku mendaftarkan keluargaku terbagi menjadi 2 tim, tim laki dan tim perempuan.
Dan pagi itu, seperti yang sudah bisa dibayangkan, diawali dengan berbagai keribetan. Selain menyiapkan ini-itu untuk mengikuti acara, kami juga punya agenda tambahan karena kunci rumah hilang! Waduh, bagaimana bisa kami meninggalkan rumah tanpa penghuni dan tidak terkunci?
Jadilah pagi-pagi Suami beredar mencari tukang kunci. Bukan untuk dipanggil ke rumah dan membuat kunci duplikat. Karena berdasarkan pengalaman (iya, dalam 4 bulan kami sudah pernah kehilangan kunci rumah ini juga sebelumnya. Hahaha...), kalau dihitung-hitung, biayanya lebih murah jika lubang kuncinya yang dibawa ke tukang.
Setelah urusan kunci beres, kami pun bersiap masuk mobil dan berangkat. Tak lupa menggendong Si Ketiga yang masih beraksi tidur. Iya, ada peserta yang belum mandi, nih. Hihihi... Di dalam mobil pun diselingi dengan acara sarapan bersama.
Bisa ditebak, kami termasuk yang terlambat datang. Acara sudah beberapa menit lalu dibuka. Kami berkumpul di Anjungan Kota Surakarta yang bergaya keraton. Belum sempat duduk, ternyata para peserta sudah bersiap membaca petunjuk pertama menuju pos 1 berupa salah satu anjungan di Grand Maerakaca ini. Hohoho... Petualangan dimulai.
Pos Pertama
Petunjuk pertama adalah:
Saat sepasang suami-istri yang buta peta bersatu, jadilah kami salah ambil jalur sejak pertama. Hahaha... Untunglah kami segera menyadari dan langsung banting setir menuju arah yang benar. Melihat keramaian di sebuah anjungan adalah tanda yang memperkuat dugaan kami bahwa itulah Anjungan Rembang, pos pertama yang harus kami datangi.
Plat nomor Banyumas + ⚘ - KHmm... Anjungan mana ya, ini? Plat nomor Banyumas? Nggak hafal. Lalu itu gambar bunga, kan? Cari ku mencari nama kota atau kabupaten di Jawa Tengah yang mengandung kata 'bunga,' kayaknya nggak ada. Tapi itu dikurangi K. Coba nama lain dari bunga apa? Kembang! Oke, jadi kita dapat kata 'embang' dan plat nomor yang dimaksud pasti R. Yup, Rembang! Berangkaaattt...!
Saat sepasang suami-istri yang buta peta bersatu, jadilah kami salah ambil jalur sejak pertama. Hahaha... Untunglah kami segera menyadari dan langsung banting setir menuju arah yang benar. Melihat keramaian di sebuah anjungan adalah tanda yang memperkuat dugaan kami bahwa itulah Anjungan Rembang, pos pertama yang harus kami datangi.
Di pos ini, kami diminta memancing ikan yang di tubuhnya tertempel petunjuk untuk ke pos kedua. Sebenarnya putraku langsung berhasil memancing salah satu ikan. Namun saat meminta stempel untuk menuju pos kedua, kartu stempelnya hilang. Suami pun harus balik ke Anjungan Surakarta untuk meminta kartu stempel yang baru.
Sementara tim perempuan, setelah Putri Sulung dan Putri Ketiga kesulitan memancing, maka aku pun mengambil alih. Berhasil! Dari sekian panjang petunjuk, kata 'lumpia' sudah cukup memberi jawaban bahwa pos kedua adalah Anjungan Kota Semarang. Berangkat!
Eit, ternyata tidak semudah itu. Karena para anak laki masih harus menunggu abinya. Sebenarnya kami sudah berkomitmen untuk menjalankan tim sendiri-sendiri. Tapi itu Putra Bungsu merengek hebat saat ditinggal. Baiklah, Si Bungsu bergabung di tim perempuan. Lanjut!
Pos Kedua
Sindrom buta peta masih berlanjut. Lagi-lagi kami salah jalan. Lumayan lama timku berputar-putar ke sana ke mari. Nun jauh di sana kudengar suara protes Si Keempat karena merasa ditinggal abinya. Padahal dia sendiri yang berlarian semaunya meninggalkan tim. Hihihi... Baguslah tim laki sudah bergabung lagi.
Setelah sekian kali trial and error, akhirnya sampai juga di Anjungan Kota Semarang. Pos kedua ini sudah sepi. Menandakan kami sudah lama terlambat dibanding yang lain.
Eh, Ada satu tim ding, di situ. Yaitu tim laki keluargaku yang sedang menjalankan tantangan. Hahaha... Suami keheranan, kenapa kita baru sampai.
Di pos ini, tantangannya adalah membuat roket dari balon. Jadi kami harus meniup/memompa balon, kemudian dilekatkan pada tali yang memanjang untuk dilepaskan. Dengan harapan balon akan mengeluarkan angin dan mendorongnya meluncur ke depan sepanjang tali terbentang.
Tapi ternyata timku gagal. Hahaha... Balon itu hanya berputar-putar di tempat tidak meluncur. Syukurlah hal ini dimaafkan panitia. Kami dianggap sudah menjalankan tantangan.
Setelah itu, tugas kami adalah memecahkan balon yang di dalamnya terdapat petunjuk menuju pos ketiga. Setelah berhasil, kami mendapat stempel dan penggalan kata kunci SU. Kata "Kota Batik" adalah peganganku untuk menebak bahwa pos berikutnya pasti Anjungan Kota Pekalongan.
Pos Ketiga
Asal tahu saja, sepanjang acara ini aku memang minim sekali kesempatan untuk dokumentasi. Baik di sepanjang perjalanan maupun ketika sudah berada di pos. Termasuk saat di pos ketiga, tidak ada satu foto pun yang aku buat. Ribet, Jeng!
Perjalanan menuju pos ini saja sudah penuh drama. Yang haus lah, lapar lah, Si Bungsu minta gendong lah. Amboi, ini bumil tua usia kehamilannya sudah 9 bulan. Tak sanggup menggendong lama. Otomatis diambil alih oleh Suami.
Saat melihat Anjungan Pekalongan dari kejauhan, kami jadi bingung karena tak ada satu pun manusia terlihat. Kalau peserta sih, wajar tak tampak karena kami terlambat sehingga tidak ada barengan. Tapi panitianya? Kok nggak kelihatan satu pun yang berjaga?
Wah, masa salah, sih? Duh, mana lagi yang namanya Kota Batik? Penasaran, aku meminta Putri Sulungku berlari duluan dan mengitari Anjungan Pekalongan.
"Ada di dalam!" teriaknya. Wah, ternyata panitia menunggu di dalam anjungan, to. Yuk, jalan!
Di anjungan ini kami diminta menebak dulu dari petunjuk, anjungan manakah yang merupakan pos selanjutnya. Lalu, kami diminta untuk menyusun tumpukan huruf yang disediakan menjadi sebuah nama tujuan wisata yang ada di kota Pos Keempat.
Melihat banyaknya huruf yang disediakan dan huruf vokalnya e semua, aku jadi berpikir agak keras. Obyek wisata apa ya, yang cuma menggunakan huruf vokal e? Alhamdulillah nggak pake lama, langsung kepikiran kata 'benteng.' Oke, susun dulu.
Sisanya, nama bentengnya apa, nih? Nggak terlalu hafal nama-nama benteng yang ada di tiap kota. Cuma aku pernah baca aja tentang Benteng Pendem. Dan sepertinya memang itu yang dimaksud. Sip, benar!
Selanjutnya kami diminta memetik salah satu daun kertas yang dipajang untuk mendapat penggalan kata kunci berikutnya yaitu PER. SUPER! Lanjut ke pos berikutnya.
Pos Keempat
"Tegal ke arah mana, ya?" gumam Suami.
"Lho kok Tegal?" tanyaku.
"Ya kan sedekah laut itu di Tegal," kata Suami.
"Lho? Namanya Nusa Kambangan ya di Cilacap," kataku.
Ternyata walaupun kami sama-sama bisa menyusun kata "Benteng Pendem" bukan berarti kami sepakat anjungan manakah yang menjadi pos berikutnya. Dan Si Bungsu telah memaksa kami agar tidak berjalan sendiri-sendiri. Lha dia maunya sama Umi, tapi aku nggak kuat kalau terus-terusan menggendong. Jadilah kami harus sepakat mau berjalan ke mana.
"Masa sih?" dengan ragu Suami mengikuti langkahku. "Kan daerah perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, percampuran Budaya Jawa-Sunda, Bahasa Ngapak... Ya Tegal ini."
"Aduh, Cilacap juga antara Jateng dan Jabar," tangkisku.
"Eh itu ada botol berjejer. Kayaknya tempat permainannya, tuh. Tuh kan, ternyata Banyumas. Salah kamu," kata Suami.
"Lha, Banyumas itu kan di depannya. Yang anjungan ini coba, apa namanya?" tantangku. Intip sedikit, terlihat huruf P di akhirnya. Yes, Cilacap!
Hahaha... Begitulah serunya menelusuri harta karun di acara ini. Banyaknya petunjuk justru memicu kita untuk beda persepsi dan berdiskusi, ya. Hihihi...
Dan pos pun terasa milik keluarga. Di sini, tantangannya kita harus menggiring bola tanpa menyentuh botol hingga dapat menggulingkan kotak di ujung sana yang berisi petunjuk untuk ke pos terakhir. Semua berebut ingin memainkan bolanya.
Tak terkecuali Si Bungsu yang baru berusia 2 tahun. Dia bahkan tidak mau beranjak dari pos ini walaupun kedua tim kami sudah menyelesaikan tugas dan harus segera ke pos terakhir. Inginnya main bola terus.
Lha piye? Kembali Suami sigap menggendongnya yang berat melepaskan bola dengan cucuran airmata. Hohoho...
Pos Terakhir
Ya, jumlah kolom stempelnya ada 5. Artinya, pos berikutnya adalah yang terakhir. Untuk petunjuk terakhir, cukup cepat ditangkap oleh Putri Sulungku bahwa pos selanjutnya adalah Magelang, berdasarkan kata petunjuk "Candi Borobudur."
Menuju ke Anjungan Kota Magelang, kami melewati Anjungan Banjarnegara yang menyediakan Es Dawet Ayu. Aih, mupeng nian! Namun aku harus tegar.
Dari tadi anak-anak kularang minum yang manis-manis dulu supaya tidak gampang haus. Eee... Masa iya ternyata aku sendiri yang mengajak mereka mampir minum es dawet ayu padahal perjalanan belum selesai. Ibu harus konsisten, yaw.
Di pos terakhir, tantangan dimulai dengan mengambil petunjuk yang ada pada perahu kertas yang berlayar mengapung di dalam ember. Di dalamnya, tercantum tugas untuk berfoto di tempat yang paling berkesan dan mengunggahnya ke Instagram sambil colek @iipsemarang. Duh, dari tadi nggak sempat foto-foto.
Saat itu, mengajak berfoto bersama pun susah sekali karena masing-masing sibuk sendiri. Bahkan Si Bungsu malah nangis-nangis di bawah karena tidak ada yang memperhatikan. Hihihi...
Ya sudah. Yuk, ajak Si Bungsu di sebelahku lalu panggil salah satu anak saja untuk berpose di depan nama anjungan. Cekrek! Unggah dan tag. Beres!
Maka, kami diizinkan mengambil satu lembar kertas berbentuk hati untuk melihat penggalan kata kunci yang terakhir, yaitu MOMS. Ya, kata kuncinya adalah SUPERMOMS. Setelah itu, kami diberi teks yang tertulis terbalik kanan-kiri untuk ditulis ulang menjadi teks yang bisa dibaca.
Ternyata teks itu bertutur tentang ibu sebagai arsitek peradaban. Jadi, itulah harta karun yang dicari sebenarnya. Ibu adalah harta karun kita. Dia sudah ada di tengah-tengah kita, di dalam rumah.
Sudah selayaknya ibu dicintai, dijaga dan dihormati oleh seluruh anggota keluarga. Dan sebagai seorang ibu, kita harus selalu merasa percaya diri dan mau terus belajar meningkatkan kualitas sebagai harta karun keluarga. Aih, manisnya.
Tujuan kita selanjutnya, sebagaimana disebutkan dalam petunjuk adalah 'kembali ke rumah,' ke tempat awal kita memulai perjalanan ini. Dengan penuh percaya diri, Suami memberi komando, "Yuk, kita ke Semarang!" Huahaha...
Rasanya ingin membiarkan saja Beliau membawa tim laki kembali ke Anjungan Kota Semarang. Tapi apa daya, sisi hati yang lain merasa tak tega. Ayolah kita sudahi saja perjalanan ini bersama.
"Bukan ke Semarang, Sayang. Kita kembali ke tempat awal acara ini, di Anjungan Surakarta," kataku.
"Lho? Iya ta?" Hahaha...
Sesampainya di Anjungan Surakarta, kami dimintai kata kunci yang dimaksud. Jawabannya tahu, dong. SUPERMOMS! Dan salah satu anggota tim diberi pita biru tanda sudah menyelesaikan perjalanan.
Kami pun dipersilakan beristirahat sambil mendengarkan sambutan dari panitia maupun info berbagai produk dari para sponsor yang ikut mendukung acara ini. Kami juga mendapatkan menu makan siang untuk bersantap bersama.
Anak-anak yang sudah kenyang duluan mulai blingsatan ke sana ke mari. Tak tahan duduk tenang menunggu acara berikutnya, yaitu mendengarkan dongeng dari Kak Kempo. Akhirnya Suami pun menawari mereka untuk membelikan boneka tangan sebagai hiburan sambil membuat cerita sendiri.
Apa mau dikata, selesai beberes makanan, anak-anak meminta naik perahu yang dari tadi sudah ditahan keinginannya. Ya, saat Kak Kempo datang, kami malah meninggalkan acara jadinya. Duh, jadi nggak enak, deh. Kami jadi tidak mengikuti dongeng yang dibawakan.
Menurut panitia, dongeng Kak Kempo kali ini bertema patuh pada orangtua. Diawali dengan kisah seorang gadis kecil bernama Mulia yang menolak saat diminta ibunya membantu memasak. Maka Sang Ibu pun bercerita tentang Burung Pipit dan Burung Gagak.
Burung Gagak mencemooh Burung Pipit yang mengumpulkan rumput untuk membuat sarang. Karena Burung Gagak membuat sarangnya dari kertas berwarna-warni. Saat hujan, sarang Burung Gagak pun hancur. Sedangkan sarang Burung Pipit masih utuh. Burung Pipit pun menawari Burung Gagak untuk ikut tinggal di sarangnya.
Lalu, apa kabar anak-anakku? Sambil mengantri untuk naik perahu wisata, mereka bermain dulu di area permainan yang ada di dekat gerbang masuk. Ada komidi putar, jembatan tali dll.
Menaiki perahu wisata ini asyik sekali, lho. Selain harga tiketnya murah, jalannya tenang, juga suguhan pemandangan hutan bakaunya sangat cantik. Benar-benar aku sarankan untuk mencobanya jika berkesempatan bertandang ke Grand Maerakaca. Selain dengan perahu wisata, kita juga bisa menikmati mengarungi perairan ini dengan perahu dayung, perahu tradisional dan perahu bebek.
Selesai berlayar, sepertinya acara sudah selesai. Sebenarnya di akhir acara, kabarnya ada pengumuman pemenang kategori 3 Tim terbaik, Tim Ter-On Time, Tim Favorit, Tim Terunik dan banyak doorprize lainnya. Tapi aku sudah pasrah. Lha masa iya, yang datangnya telat, kerjanya lambat dan pulang duluan minta hadiah. Hihihi...
Tapi eh tapi, Sesampainya di rumah, aku menerima pesan dari panitia bahwa kami terpilih sebagai Tim Terunik dan minta alamat karena bingkisan hadiahnya akan diantar ke rumah. Hah? Kok bisa jadi yang terunik? Katanya sih, karena jumlah anggota timnya paling banyak dan seru saat menjalankan tantangan. Haduh, jadi malu.
Dan bingkisan itu benar-benar sampai di rumah hari itu juga, lho. Ternyata isinya berupa Brownies Almond La Peace dan Ceriping Pisang Kepok Kuning seperti di atas. Hmm... Keduanya yummy banget! Lho, mana ceripingnya? Ternyata, inilah oknumnya. Hahaha...
Acara keluarga kali ini benar-benar berkesan. Jempol deh, buat Institut Ibu Profesional Semarang atas gawenya walau persiapannya hanya seminggu. Sangat ditunggu event berikutnya dari IIP Semarang. Buat yang ingin tahu lebih banyak tentang IIP Semarang, silakan kunjungi saja fanpage-nya. Dijamin nggak nyesel deh, kenal institut peradaban yang satu ini.
Makasih ya mbak sudah ikut berpartisipasi. Seru banget lihat keluarga mbak Farida, jadi mupeng punya anak banyak, hihihi.. rame ya pasti.
BalasHapusDitunggu partisipasinya di next event :)
Alhamdulillah. Mau dong event berikutnya😊
HapusWah, senangnya baca reviewnya mbak ... Terbayar lelah ini.
BalasHapusDitunggu hadirnya di event berikutnya ya mba 😊
Alhamdulillah. Bravo buat panitia😍
Hapuswah acaranay menarik sekali
BalasHapusIya mbak, seru banget 😊
HapusHihi emang seru... Panitianya jg kreatif ya
BalasHapusiyaaa.... :)
HapusSeru sekali ya mrncari harta karun di maerakaca dan dapet Hadiah keluarga terunik kerenlah, games seperti harus banyak diadakan biar mendekatakan hubungan antar anggota keluarga dan gak melulu main gadget ya, salut buat iip 👍😊
BalasHapusHihihi.. Iya. Kok ya IIP kepikiran ya bikin acara keren begini buat keluarga
HapusSeruuuu, apalagi jadi tim dengan anggota terbanyak. Mau saingan sama Gen Halilintar nih kayaknya mbak Farida. Hihi
BalasHapusHahaha...
HapusAaaakkk...ikut lelah bacanya, tapi juga seneng sih hahaha. Mmebayangkan lari lari sambil mikir jawaban tantangan, asik ya. Tapi aku udah duga, pasti dapat juara. Udah langganan sih mba Farida
BalasHapusLho aku kan ga pernah menang game di family day out? Hihihi..
HapusSeruuuu..
Wah seru dan ramai pasti ya mbak, membawa pasukan kecil. Selamat sudah memenangkan kategori tim ter-unik dan dapat hadiah brownis lagi, pasti anak-anak senang sekali..
BalasHapusSaya belum peenah kesana, pengen sebenarnya. Semoga lain kali kesampaian ya mbak, aamiin..
Alhamdulillah, terimakasih.
HapusYuk ke Grand Maerakaca😊
wah...seru banget acaranya. jadi pengen ngerasain juga hihihi
BalasHapusHihihi... Iya seru!
HapusWih keren ternyata TMII versi Jawa Tengah sudah ada di Grand Maerakaca, semoga dapat pergi kesana soalnya kalau yang di Jakarta sering sekali
BalasHapusayo sini mampir. pengalaman luar biasa deh melihat kekayaan budaya dalam satu provinsi aja :)
Hapus