Kalau ditanya, pengalaman travel mana yang paling seru, sepertinya susah sekali menjawabnya, ya? Setiap perjalanan tentu memiliki kesan masing-masing. Baiklah, kali ini aku akan bercerita tentang acara jalan-jalan sekeluarga akhir bulan lalu yang masih terasa segar dalam ingatan.
Rekreasi kali ini terasa begitu istimewa. Bukannya apa-apa. Jika biasanya acara jalan-jalan dilakukan dalam suasana gembira karena masa liburan tiba atau untuk merayakan sesuatu, maka yang satu ini sungguh lain alasannya.
Bermula dari lahirnya Si Bungsu yang ternyata mengalami dehidrasi di awal kehadirannya sehingga harus dirawat di rumah sakit. Bisa dibilang, hampir seluruh pikiran, perasaan dan waktu kami sebagai orangtua tercurah pada Sang Bayi. Rupanya, hal ini menimbulkan ketimpangan dalam hati kakak-kakaknya.
Ya, tentu saja kehadiran Si Kecil sangat menggembirakan semua kakaknya. Namun, hari-hari jadi terasa sepi bagi mereka sejak orangtuanya sibuk mondar-mandir mengurus adiknya di rumah sakit. Sehingga mereka mulai merasa bosan menjalani aktivitasnya.
Protes pun mulai menggema di rumah ini. Anak-anak menuntut ingin bisa jalan-jalan lagi seperti kebiasaan sebelumnya. Duh, padahal adik bayinya masih juga sendirian di rumah sakit menjalani fototerapi. Masa iya ditinggal bersenang-senang? Hiks.
Tapi, bisa jadi, inilah teguran manis bagi kami. Tidak seharusnya kami mengajak anak-anak untuk terus berkabung dengan keadaan adiknya. Bagaimana pun, mereka juga anak-anak yang juga memiliki kebutuhan masing-masing. Jangan sampai karena seluruh perhatian kami terkuras oleh Sang Bayi, kakak-kakaknya malah terabaikan.
Lagi pula, bisa jadi memang inilah saat yang tepat bagi kami untuk memenuhi kebutuhan anak-anak mengenal dunia luar. Saat adiknya di rumah sakit, artinya ada yang merawat. Sehingga kami masih bisa bebas bereksplorasi seperti sebelumnya.
Jadi, kami pun setuju untuk jalan-jalan lagi. Demi kembali mengukir seulas senyum di wajah anak-anak. Sambil melepaskan penat pribadi juga karena terus berkutat dengan rumah sakit dan berbagai jentik-reniknya. Saatnya menimba pengalaman baru di tempat wisata baru.
Mudah saja untuk mencapai tempat ini. Dengan menyusuri Jl. Semarang-Surakarta dan Jl. Bandungan, kami tinggal mengikuti arah menuju Candi Gedong Songo. Begitu melihat gerbang dengan tulisan besar "Gedong Songo," mobil pun masuk saja mengikuti jalan menanjak tersebut. Kami dapat segera mengenali lokasinya saat melihat jajaran turbin angin berwarna putih di kanan jalan.
Begitu mendekat ke arah turbin angin, sebuah gerbang bertuliskan "Selamat Datang di Taman Bunga Celosia" segera menyapa pandangan. Di sepanjang sisi luarnya, berjajar bunga berbentuk unik dengan warna merah menyala. Itulah Bunga Celosia yang menjadi daya pikat utama taman ini. Di dekat gerbang, tampak lahan parkir yang cukup penuh walaupun bukan di akhir pekan.
Saat melayangkan pandangan ke seberang jalan yang berlawanan sisi dengan gerbang ini, tampak lahan yang luas untuk persemaian bibit bunga. Bunga-bunga mungil berwarna pink merona jingga sedang bermunculan di atasnya. Sungguh menggemaskan!
Matahari sedang bersinar cerah saat kami turun dari mobil. Namun teriknya sama sekali tak terasa karena terhempas oleh tiupan angin sejuk khas pegunungan yang langsung menerpa. Cukup keras juga hembusannya walau tak terlalu mengganggu. Cukup untuk menggerakkan baling-baling turbin angin yang secara bergantian menghasilkan suara derit alat besi. Membius alam pikiran yang sejenak sempat percaya bahwa kami benar-benar seperti sedang di Eropa! (Memang pernah ke sana? Hihihi...)
Kami memilih untuk mengisi perut dulu di depot depan gerbang sebelum memulai menjelajah taman yang indah ini. Walau anak-anak sudah tak sabar mendengar rayuan turbin angin yang berputar dan godaan warna-warni bunga sejauh mata memandang. Akhirnya mereka bisa diyakinkan juga untuk bersedia menikmati dulu menu yang ada. Bakso, soto dan ayam goreng. Hmm... Semuanya enak!
Menuju Taman Bunga Celosia
Destinasinya sesuai pilihan anak-anak, yaitu Taman Bunga Celosia. Berlokasi di Jalan Gedong Songo, Banyukuning, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Masih satu area dengan destinasi wisata yang sudah lebih dulu terkenal, yaitu Gedong Songo.Mudah saja untuk mencapai tempat ini. Dengan menyusuri Jl. Semarang-Surakarta dan Jl. Bandungan, kami tinggal mengikuti arah menuju Candi Gedong Songo. Begitu melihat gerbang dengan tulisan besar "Gedong Songo," mobil pun masuk saja mengikuti jalan menanjak tersebut. Kami dapat segera mengenali lokasinya saat melihat jajaran turbin angin berwarna putih di kanan jalan.
Begitu mendekat ke arah turbin angin, sebuah gerbang bertuliskan "Selamat Datang di Taman Bunga Celosia" segera menyapa pandangan. Di sepanjang sisi luarnya, berjajar bunga berbentuk unik dengan warna merah menyala. Itulah Bunga Celosia yang menjadi daya pikat utama taman ini. Di dekat gerbang, tampak lahan parkir yang cukup penuh walaupun bukan di akhir pekan.
Saat melayangkan pandangan ke seberang jalan yang berlawanan sisi dengan gerbang ini, tampak lahan yang luas untuk persemaian bibit bunga. Bunga-bunga mungil berwarna pink merona jingga sedang bermunculan di atasnya. Sungguh menggemaskan!
Matahari sedang bersinar cerah saat kami turun dari mobil. Namun teriknya sama sekali tak terasa karena terhempas oleh tiupan angin sejuk khas pegunungan yang langsung menerpa. Cukup keras juga hembusannya walau tak terlalu mengganggu. Cukup untuk menggerakkan baling-baling turbin angin yang secara bergantian menghasilkan suara derit alat besi. Membius alam pikiran yang sejenak sempat percaya bahwa kami benar-benar seperti sedang di Eropa! (Memang pernah ke sana? Hihihi...)
Kami memilih untuk mengisi perut dulu di depot depan gerbang sebelum memulai menjelajah taman yang indah ini. Walau anak-anak sudah tak sabar mendengar rayuan turbin angin yang berputar dan godaan warna-warni bunga sejauh mata memandang. Akhirnya mereka bisa diyakinkan juga untuk bersedia menikmati dulu menu yang ada. Bakso, soto dan ayam goreng. Hmm... Semuanya enak!
Apa Itu Bunga Celosia?
Bunga Celosia merupakan tanaman Herbaceous (batangnya berdaging dan berair). Celosia sendiri berasal dari Bahasa Yunani yang berarti "menyala," sesuai dengan warna bunganya yang cerah. Karena bentuknya yang terdiri dari susunan bulu-bulu lembut, bunga ini lebih dikenal dengan nama Bunga Jengger Ayam di Indonesia. Rupanya, masyarakat Barat pun memiliki imajinasi yang serupa tentang bentuk bunga ini. Tak heran jika mereka juga menyebut bunga ini dengan nama Cockscomb.Apa Sih, Istimewanya Taman Bunga Celosia?
Sebenarnya, taman ini baru diresmikan Bulan Februari 2018. Namun sejak sekitar 3 bulan lalu, sudah banyak pengunjung yang datang setiap harinya. Wow, besar sekali ya antusiasme masyarakat terhadap keberadaan taman ini! Kenapa, coba?Memang ide pembangunan Taman Bunga Celosia cukup jeli ya, membidik peluang wisata yang sedang marak saat ini. Destinasi dengan konsep swafoto yang menawarkan berbagai properti cantik untuk mengambil gambar digemari saat ini. Aku sendiri juga tertarik ke sini didorong oleh keinginan merasakan sensasi indah seperti yang ditawarkan Taman Bunga Nusantara di Cianjur, Taman Begonia di Bandung atau Taman Amarylis di Jogja.
Di taman ini, selain dihiasi Bunga Celosia, juga terdapat aneka koleksi bunga asli Eropa lainnya yang didatangkan langsung dari tanah asalnya. Seperti misalnya ketika melalui gerbang pintu masuk. Selain disuguhi pemandangan berupa pagar kayu warna-warni berbentuk pensil, kecantikan Bunga Hydrangea turut menyambut langkah kaki di sepanjang jalan menuju loket. Membuat kami ingin menunduk sejenak menikmati ceria warnanya.
Begitu memasuki tamannya, berbagai jenis bunga aneka warna seolah berteriak berebut perhatian ingin dipandang dahulu. Semua tampak apik dengan penataan yang menawan. Ada Crysant, Hebras/Gerbera, Mawar, Petunia, Peony, Marigold, Silverdust dan banyak lagi.
Tak perlu sibuk menebak-nebak bunga mana namanya apa. Karena masing-masing dilengkapi dengan papan nama yang dapat sekaligus memperluas wawasan kita tentang dunia flora. Tak perlu juga kita menanti-nanti masa berseminya bunga. Karena sistem penanamannya sudah diatur sedemikian rupa sehingga akan selalu ada bunga yang mekar di sini untuk dipuji keelokannya.
Tak jauh dari hamparan bunga yang langsung menyapa di awal diiringi suara putaran turbin angin, mata kami segera terpaku dengan sebuah area kolam di sisi kiri. Kolam ini dihiasi warna-warni bunga di sekelilingnya dan dilengkapi dengan miniatur patung singa Merlion seperti yang ada di Singapura. Gemericik suara air yang keluar dari mulut Sang Singa menambah segar suasana. Membuat anak-anak berhamburan tak terperi menuju ke sana. Di belakangnya, tampak papan nama lokasi dan jalur yang dinaungi payung warna-warni sebagai salah satu daya tarik bagi yang ingin mengabadikan momen.
Selain ikon kebanggaan Singapura, taman ini juga memiliki titik lokasi unik berupa rumah hobbit dan miniatur Menara Eiffel. Sayangnya, entah mengapa, menara kincir angin berwarna jingga khas Belanda yang biasanya ada di sebelah rumah hobbit tidak ada saat itu. Apakah diperbaiki ataukah diganti dengan bangunan lain?
Sepertinya memang tempat ini sedang terus berbenah. Hal ini tampak pada jalan setapak yang masih sebagian di-paving. Jika melihat lahan kosong di sana-sini yang masih luas, memang sangat terbuka kesempatan untuk mengembangkan tempat ini menjadi makin luar biasa.
Pun, kami cukup terkejut mendapati adanya area bermain di sini. Karena berdasarkan informasi terakhir yang kami dapat, semua mengatakan bahwa di sini tidak ada wahana permainan. Ternyata? Yippie!
Area bermain yang dimaksud berada di tempat yang agak tinggi lokasinya di sisi kiri. Selain itu, anak-anak juga diriangkan hatinya oleh keberadaan dokar tiruan yang benar-benar bisa dinaiki. Dokar ini berada tidak jauh dari miniatur Menara Eiffel berdiri.
Semakin jauh kami melangkah ke dalam taman ini, semakin terpesona saja dibuatnya. Walau mendung mulai menggelayut, namun tak mampu memudarkan indahnya helai mahkota yang tersebar di antara semak-semak tanaman perdu, menjulang di pucuk tangkainya yang melambai-lambai, berpadu syahdu dalam pot besar maupun pot-pot kecil yang menggelantung manja. Justru arak-arakan kelabu di langit yang bersanding dengan bias cahaya mentari yang tak hendak menyerah begitu saja, menjadi lukisan tersendiri menemani bumi yang mulai basah oleh tetes air hujan.
Walau tapak penuh ingin tahu kami harus sedikit tertahan oleh jalanan yang mulai licin. Dan akhirnya pun mengalah untuk berteduh karena hujan semakin deras. Di sekitar situ sebenarnya ada warung dan banyak gazebo yang bisa dijadikan sebagai tempat bernaung. Sayangnya, semua sudah penuh berisi orang. Syukurlah, kami mendapati musala bergaya natural yang bisa melindungi kami dari guyuran hujan sekaligus menjadi tempat kami menunaikan salat. Tempatnya bersebelahan dengan toilet dan jajaran kran untuk bersuci.
Sebenarnya, kami berencana melanjutkan perjalanan ke tempat pemancingan di dekat situ. Karena anak-anak tidak sabar menunggu hingga hujan reda, mereka pun berinisiatif menembus hujan dan menyewa ojek payung untuk mengantar keluar area. Hiya!
Berhubung mereka sudah memanggul payung fantasi super lebar berwarna pelangi sambil diikuti Pak Ojek Payung menghampiriku, mau tak mau aku pun menuruti mereka untuk ikut menyewa payung keluar. Saku pun harus dirogoh untuk membayar biaya 5.000 rupiah per payung.
Hiks. Padahal aku masih berharap bisa menunggu hingga hujan agak reda dan membeli beberapa tangkai bunga serta bibit bunga sebagai oleh-oleh. Ya, tentu kita tidak boleh memetik bunga di sini sembarangan. Namun kita bisa membelinya dalam bentuk bunga potong dengan harga 2.000 rupiah per tangkai. Atau bisa juga membeli bibit bunganya dalam kemasan polybag dengan harga variatif antara 10.000-100.000 rupiah, tergantung jenis bunganya.
Bagaimana pun, kami cukup puas mengunjungi taman wisata ini. Dengan harga tiket 10.000 rupiah per orang, kami bisa memanjakan mata dan melayangkan imajinasi bak menempuh perjalanan di Benua Eropa. Apa lagi, tiket yang kami terima berupa stiker atraktif yang bisa ditempelkan sebagai hiasan dan pengingat kami tentang kenangan selama di sini.
Ke Taman Bunga Celosia? Pasti kami ingin kembali!
Duh, adikku sudah ke sini nih, Mbak. Dan aku hanya ngiler aja lihat foto2nya. Harus segera diagendakan nih ke sana. Seru kalau ajak anak2 ya, ada taman bermainnya pula.
BalasHapusYoi seru pastinya. Yuk diagendakan 😊
HapusWah banyak miniatur pemandangan di luar negeri ya, jadi pengen ke tempat ini, btw masih baru buka juga ya
BalasHapusiya, baru buka tapi dah viral banget. karena tiap hari ramai pengunjung :)
Hapuspingin kesini belum kesampaian..bisa beli2 bunga y mbak. aku juga lumayan suka bercocok tanam
BalasHapusbisa banget beli bibit bunga di sini. mupeng punya bunga2 seindah di sana buat di rumah :)
HapusBagus banget ya, taman bunganya kyk di luar negeri.
BalasHapusHehehe iya. Lumayan lah bisa mengicipi sedikit sensasinya 😊
HapusSegerr kalo wisata ke tempat spt itu ya mbak, aku ke Semarang baru sekali, itu pun pas SMU, pdhl adikku kuliah di Undip. Semoga membawa anak2 wisata ke taman bunga semakin mendekatkan mereka dengan alam...Aamiin
BalasHapusaamiin.. moga dirimu berkesempatan jg untuk mengunjunginya ya :)
HapusTerimakasih atas informasi yang menyenangkan ini. Salam dari blogger pemula. Dan terus berkarya ya admin...
BalasHapusYuhuu.. Sama2😊
HapusKeren taman bunganya ya mbak, bikin betah dah disana.
BalasHapusiya banget :)
HapusJadi seperti liburan di Eropa ya mbak. Jadi ingin segera berlibur ke taman bunga Celosia. Btw, thanks infonya mbak Farida. Aku malah baru tahu kalo bunga Celosia itu bunga Jengger.
BalasHapushihihi... iya. kalau dibilang jengger ayam lbh familiar ya. tapi emang bunganya cantik sih jadi cocok dipilih sebagai ikon taman bunga :)
HapusKerennn nih, nggak jauh2 dr rumah :)
BalasHapusIyaa.. Pernah ke sini ya?
HapusAsiiik e pas sepi. Aku liat kawan-kawan yang udah kesana. Ampun , Mbak. Penuhnyaaa
BalasHapusIni enak, gak banyak orang
Iya ngga seramai wiken sih. Tp tetep lbh ramai drpd tempat wisata lain biasanya di hari kerja hehehe..
Hapus