Banyak yang beranggapan bahwa para pekerja digital adalah orang-orang yang tidak gemar bergaul dan lebih suka menghabiskan waktu di hadapan layar kotak. Romantisme? Jangan harap! Karena mereka sangat kaku, yang hanya menilai segala sesuatu itu 0 atau 1.
Lalu, bagaimana jika sesama pekerja digital ini menikah? Tentu interaksi sehari-harinya akan terasa kering, dong? Apakah kamu termasuk orang yang berpikir demikian? Apakah anggapan itu benar? Yakin?
Asumsi bahwa mereka ini kalau sudah pegang gawai jadi tidak peduli sekitar, bisa saja ada benarnya. Kan, lagi konsentrasi? Kebanyakan pria, memang cara kerjanya fokus, sulit untuk multitasking. Jadi, dicuekin Suami saat lagi sibuk-sibuknya itu sudah jatah kebanyakan istri. Betul?
Asumsi bahwa mereka ini kalau sudah pegang gawai jadi tidak peduli sekitar, bisa saja ada benarnya. Kan, lagi konsentrasi? Kebanyakan pria, memang cara kerjanya fokus, sulit untuk multitasking. Jadi, dicuekin Suami saat lagi sibuk-sibuknya itu sudah jatah kebanyakan istri. Betul?
Nah, kebetulan, aku dan Suami adalah sesama lulusan dari jurusan Informatika. Pekerjaan kami sehari-hari juga tak jauh-jauh dari dunia digital. Kali ini, aku akan memberikan sedikit saja bukti bahwa pekerja digital itu juga manusia. Punya hati punya rasa. Lho, siapa ini yang jadi menyanyi?
Memang sih, bisa jadi gaya romantisme orang-orang digital itu agak beda dari pakem keromantisan pada umumnya. Tapi ya, justru di situ kan, letak keistimewaannya? Mau tahu seperti apa? Ini beberapa di antaranya yang aku alami.
Oya, seperti yang sudah disebutkan di atas, kami ini bukan pekerja kantoran alias pekerja lepas. Namun sudah beberapa bulan belakangan ini, Suami mendapat kontrak pekerjaan yang mengharuskannya berkantor di ibukota. Jadilah kami menjalani LDM alias Long Distance Marriage.
Baca juga: Youtube, Media Promosi Andalan Pekerja Lepas dan Semua
Makanya, komunikasi via WA menjadi bagian dari keseharian. Ada kebiasaan aneh Suami dalam memanfaatkan aplikasi satu ini. Yaitu, dia sering begitu saja mengirimkan pesan berisi coding yang super ajaib dan alangkah panjangnya bukan kepalang seperti ular naga.
Katanya nitip, biar tidak lupa. Lha? Kenapa tidak disimpan di memo saja? Atau di Google Drive? Atau di-email ke rekan kerjanya? Apa karena dikiranya perempuan itu suka diberi kode? Tapi, ya bukan kode seperti ini juga, kali...
Yang lebih lucu lagi, ternyata kebiasaan ini bukan hanya monopoli suamiku. Sudah tercatat beberapa suami programer pun melakukan hal yang sama. Ini buktinya:
Kan, sebenarnya dia tahu kalau menyimpan tautan penting itu, ya pakai bookmark di browser? Coba, mana ada artikel panduan yang memberi tips menyimpan tautan dengan cara mengirimkannya ke WA istri? Mana? Mana?
Ya, itulah tanda bahwa Suami melakukannya bukan karena alasan teknis. Namun, ini soal rasa. Ciee... Semacam ada rasa ingin tetap berhubungan dengan manusia, khususnya yang paling dekat di hati, yaitu istri. Uhuk uhuk... Sudahlah, anggap saja begitu.
Selain itu, ini menunjukkan adanya keinginan untuk bergantung, mengandalkan kita. Ada harapan kita ikut mengingatkan kalau lupa. Bookmark, Google Drive dan E-mail kan tidak ada notifikasinya bahwa itu adalah hal prioritas yang harus ditengoknya lagi suatu saat.
Ketergantungan ini mirip dengan kebiasaan para suami yang suka menitipkan barang untuk disimpan istri. Padahal dia tahu di mana seharusnya disimpan dan bisa melakukannya sendiri. Supaya nanti ada alasan untuk bertanya, "Surat kemarin disimpan di mana, ya? Tolong ambilkan, dong."
Manfaat ada yang membantu mengingat dan mengambilkan ini tetap saja dipilih oleh kebanyakan para suami, walaupun dengan menempuh sejuta risiko. Misalnya: diomeli istri karena dianggap teledor dan merepotkan, atau tidak langsung menerima barangnya karena istri masih sibuk.
Mengapa? Bisa jadi, karena sebenarnya Suami ingin tetap berhubungan, bergantung dan bisa mengandalkan kita. Ihiy ...
1. Obrolan Rahasia
Sepertinya, kami adalah tipe pasangan suami-istri yang sering dikecam oleh masyarakat karena selalu membawa gawai ke mana pun. Termasuk saat jalan-jalan dengan keluarga. Ya, bagaimana? Sebagian besar pekerjaan kami ada di situ.
Meninggalkan urusan pekerjaan saat bersama keluarga? Hei, kami bukan pekerja kantoran yang memiliki jadwal kerja tertentu. Di mana saat bekerja, sangat sulit urusan rumah mengintervensi di sana. Kami menjalani semuanya secara simultan. Ya bekerja, ya sambil belajar, ya sambil bermain.
Ya, kami adalah sepasang suami-istri yang akan sering menunduk menatap layar gawai saat semeja berdua. Mungkin banyak yang gemas dengan tingkah kami, suami-istri macam apa ini? Masa lebih mesra sama gawainya daripada sama pasangan sendiri yang ada di sampingnya?
Sstt ... Kalian tidak tahu, kan, kalau di antara tak-tuk di atas layar itu kami berbincang via WA? Iya, kami mengobrol via gawai walaupun duduk bersebelahan. Mengapa? That's our style! Rasanya lebih intim dan privasi. Karena cinta ini kita yang punya. Ahay!
Ya, kali. Kalau yang lagi pacaran saja dianggap biasa chatting mesra, masa yang sudah menikah malah dilarang? Asyik, lho, kirim pesan seru ke pasangan tapi tetap berusaha setel mimik muka lempeng di hadapan umum. Baru ketahuan kalau tiba-tiba kami tampak geli bersamaan.
Tapi sebenarnya jarang bocornya, kok. Kami harus melakukannya seperti anak sekolah zaman dulu, yang lempar-lemparan kertas berisi pesan ke gebetan saat guru killer sedang mengajar. Hanya, kami menjalaninya dengan lebih tenang. Dan kami sudah berpengalaman belasan tahun untuk itu. Hihihi.
Biasanya, Suami baru akan membuka suara untuk bercakap-cakap secara langsung jika terkait masalah pekerjaan atau mendiskusikan hal umum yang ringan. Itu dilakukannya dengan gerak-gerik yang tampak sekali sebagai pengalihan isu, dengan roman muka dan nada suara yang begitu tiba-tiba.
Baiklah, mungkin dengan begitu, pengunjung di meja sebelah kami jadi mulai berpikir kalau aku ini adalah sekretaris yang merangkap sebagai selingkuhan. Hahaha...
2. Simpanan Dadakan
Oya, seperti yang sudah disebutkan di atas, kami ini bukan pekerja kantoran alias pekerja lepas. Namun sudah beberapa bulan belakangan ini, Suami mendapat kontrak pekerjaan yang mengharuskannya berkantor di ibukota. Jadilah kami menjalani LDM alias Long Distance Marriage.
Baca juga: Youtube, Media Promosi Andalan Pekerja Lepas dan Semua
Makanya, komunikasi via WA menjadi bagian dari keseharian. Ada kebiasaan aneh Suami dalam memanfaatkan aplikasi satu ini. Yaitu, dia sering begitu saja mengirimkan pesan berisi coding yang super ajaib dan alangkah panjangnya bukan kepalang seperti ular naga.
Katanya nitip, biar tidak lupa. Lha? Kenapa tidak disimpan di memo saja? Atau di Google Drive? Atau di-email ke rekan kerjanya? Apa karena dikiranya perempuan itu suka diberi kode? Tapi, ya bukan kode seperti ini juga, kali...
Yang lebih lucu lagi, ternyata kebiasaan ini bukan hanya monopoli suamiku. Sudah tercatat beberapa suami programer pun melakukan hal yang sama. Ini buktinya:
Yak, itulah asyiknya Grup WA, jadi dapat ide membalas coding-nya dengan rekap belanjaan atau draft tulisan. Biar sama bingungnya. Hahaha... Maklum, aku satu grup dengan pedagang online dan bloger yang juga memanfaatkan teknologi digital untuk mengais rezeki.
Namun percayalah, itu tidak akan menghentikan kebiasaannya. Bukan hanya coding, tapi berbagai hal asing tentang pekerjaannya pun ikut-ikutan dititipkan ke WA-ku. Seperti foto-foto catatan hasil rapat dan tautan penting yang membahas tentang program yang sedang digarapnya.
Kan, sebenarnya dia tahu kalau menyimpan tautan penting itu, ya pakai bookmark di browser? Coba, mana ada artikel panduan yang memberi tips menyimpan tautan dengan cara mengirimkannya ke WA istri? Mana? Mana?
Ya, itulah tanda bahwa Suami melakukannya bukan karena alasan teknis. Namun, ini soal rasa. Ciee... Semacam ada rasa ingin tetap berhubungan dengan manusia, khususnya yang paling dekat di hati, yaitu istri. Uhuk uhuk... Sudahlah, anggap saja begitu.
Selain itu, ini menunjukkan adanya keinginan untuk bergantung, mengandalkan kita. Ada harapan kita ikut mengingatkan kalau lupa. Bookmark, Google Drive dan E-mail kan tidak ada notifikasinya bahwa itu adalah hal prioritas yang harus ditengoknya lagi suatu saat.
Ketergantungan ini mirip dengan kebiasaan para suami yang suka menitipkan barang untuk disimpan istri. Padahal dia tahu di mana seharusnya disimpan dan bisa melakukannya sendiri. Supaya nanti ada alasan untuk bertanya, "Surat kemarin disimpan di mana, ya? Tolong ambilkan, dong."
Manfaat ada yang membantu mengingat dan mengambilkan ini tetap saja dipilih oleh kebanyakan para suami, walaupun dengan menempuh sejuta risiko. Misalnya: diomeli istri karena dianggap teledor dan merepotkan, atau tidak langsung menerima barangnya karena istri masih sibuk.
Mengapa? Bisa jadi, karena sebenarnya Suami ingin tetap berhubungan, bergantung dan bisa mengandalkan kita. Ihiy ...
3. Memberi dan Menerima
Walaupun sama-sama berpenghasilan, namun peran pembiayaan di rumah ini sangat jelas. Semua kebutuhan sehari-hari ditanggung oleh Suami. Uangku ini, ya untuk kesenanganku pribadi. Biasanya aku pakai untuk mengajak keluarga makan-makan, jalan-jalan atau membeli mainan.
Kalau sedang paceklik, dia tetap berusaha mencari proyek yang bisa memberikannya dana cepat. Tidak mau mengutik-utik uang happy-happy milikku.
Salah satu yang membuat maknyes di hati saat LDM itu, ya kalau Suami sedang sakit begini. Di sana sendirian, tidak ada yang merawat. Demi tanggung jawab, tetap masuk kantor. Dan menjelang akhir pekan, tetap berusaha pulang, dengan cara yang paling tidak membebani keluarga.
Boleh dong, sesekali aku berganti mengebut pekerjaan untuk dapat menraktirnya? Jumlahnya tentu tidak seberapa dibandingkan apa yang sudah diberikannya selama ini. Tapi akhirnya, tetap saja dia memilih untuk tidak memakai uangku. Hiks. Aku pun fokus dengan memasak air panas saja. Hahaha.
Kubilang juga apa, kami memang manusia biasa. Yang tak sempurna dan kadang salah. Namun di hatiku hanya satu. Cinta untukmu luar biasa. Eh, ada yang menyanyi lagi, ya? Hihihi ...
Itulah sekelumit romantisme yang kami miliki sebagai pasangan sesama pekerja digital. Jangan banyak-banyak, ya. Selain karena kami lebih suka menikmatinya sendiri, juga karena artikel ini sudah terasa terlalu panjang sampai lebih dari 1000 kata.
Kalau kamu, punya cerita apa?
Kalau kamu, punya cerita apa?
Mesra sembunyi² gitu malah semakin asyik yah. Wah...kalo titip ke aku kayak gitu, berabe kalo clear chat...Hehe...
BalasHapusSeru juga ya kalau punya pasangan HALAL yang punya pekerjaan sama dan pendidikan yang sama. So sweet banget nih. Tapi aku kok pusing kalau bahas koding-koding ya. Hehehe. Dan aku nggak pernah bayangin kalau suatu saat nanti aku bakal punya pasangan HALAL yang pekerjaannya sama dengan aku. Hehehe.
BalasHapusAwwww... romantisnyaaahhh
BalasHapusPanggilannya sayangg wwwkkkw..
saya lupa kapan terakhir dipanggil sayang, kayaknya sejak hamil deh, berganti jadi mami hahaha
btw, saya juga sering nitip link gitu, tapi bukan di wa suami sih, di wa sendiri nomor lain.
boleh juga nih nitip di suami biar sekalian di baca hahaha
ternyata ada yg bahas soal beginian.. hehe
BalasHapusPernah nonton drakor "Because this is My First Life", tokoh utamanya yang cowok itu kaku banget. Namun di balik sikap kakunya dia berhati hangat dan sangat peduli pada perempuan yang pada akhirnya jadi istrinya. Saya tak punya gambaran apa pun mengenai programmer karena tak kenal secara langsung, sih.
BalasHapusEhm, baca pos ini jadi sadar bahwa romantis selalu punya banyak cara untuk dilakukan. Bersaang dengan pasangan itu menyenangkan. Menitipkan pekerjaan di WA istri itu juga merupakan keinginan untuk berbagi dunia serta rasa telah sangat percaya. Habis pada siapa lagi selain pada istri yang kadi pasangan masa depan sekaligus kawan berbagi banyak hal.
Semoga bisa membentuk keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah. Aamiin. :) Salam.
Artikelnya sangat related banget sama kehidupan sehari hari ya mba hehe.. wa memang sudah menjadi keseharian banyak orang ngga hanya pasangan.. kerjaan juga dibuatkan group wa.. hihi semoga mbak dan masnya senantiasa diberikan kesehatan yaaa.. aamiin
BalasHapusWah asik sekali jika pasangan sama sama kerja di dunia digital. Maka komunikasi juga pakai digital .
BalasHapusBisa lucu lucuan kirim WA dan bantuin kerjaan ngetik di blog jika yang satu pasangan tidak sempat mengerjakan.
Aku baca chat mba farida sama suami senyum senyum sendiri, so sweet amat mba hehe semoga langgeng selalu ya. Btw aku jadi dapet ide nitip tautan di wa suami 😎🤣
BalasHapussuamiku kerja IT dan hobinya main games jadi fokus ke gawai, kami komunikasi hanya via WA persis mba hahaha becanda pake emot2 yang ada di WA ya beitulah tapi tak jarang komunikasi via WA banyak bahanya kadang mengartikannya berbeda jadi sebenarnya paling baik itu komunikasi langsung berhadapan :)
BalasHapusEmang beda ya romantisme pekerja digital dengan pekerja biasa. Lha kalo suamiku yang diomongin ya kapal, ya stuffing..wkwkwk. Nggak bisa nyambung blas. Tapi teteup romantis lah, soale dia suka mijitin aku kalo palaku pening
BalasHapusYang paling penting adalah komunikasi terjaga ya mba..biar hati juga selalu tenang dan nyaman. Kalau lagi LDR memang sebeeel y a mba
BalasHapusIhiyy saya termasuk yang kepo lho sama pasangan yg sama sama kerja di IT, blogger dll yg pegangannya gawai. Romantis juga yaaa .. bikin iri ih
BalasHapusCo cwiiit banget sih Mbaa... :D
BalasHapusBtw, i feel you too, kek yang banyak dikomentarin ituuuh. Tapi aku sebaliknya, aku yang banyakan nyampah di wa suami haha
Ternyata dibalik keseriusan pasangan yang bekerja digital ada romantisme yang so sweet banget ya, hehe. Kerja sambil pegang gawai tapi komunikasi juga tetap lancaar.. asyiik deh��
BalasHapusDuh romantisnya hahaha.. kok sama sih mba. Seringnya kirim wa ke suamiku nitip link list Beww juga. Kwkwkwk
BalasHapusKalian ini sweet banget hahahha
BalasHapusbikin aku mupeng juga wakakak
bisa saling kerja sama ya mab
semalam aku aja pas garap artikel ketiduran dikelarin ama doi
Hahahaha, aku ketawa baca chit chatnya. Aku sering nih titip link ke wa suami.
BalasHapusSaya sering nitip sesuatu di chat WA sama suami he he. Tapi sekarang sudah bikin grup khusus yang isinya saya dan suami, trus suami dikick hwehehehe. Khusus buat simpan link2 dsb di WA
BalasHapusWkwkwkw...aku ini pegang HP mulu pas di depan suami. Tapi, giliran suami yang pegang HP di depanku, aku ngamuk.
BalasHapusAhaha sama saya dan suami kalau nyimpen2 apa gtu suka nitip di WA :D
BalasHapusLebih cepet dan lebih praktis ya?
Saa dan suami jg sama2 gak lepas dari gadget tapi kalau liburan sama anak komit kalau bisa gadget simpen, kecuali buat poto atau cek email hanya sesekali :D
eaaa, di WA pun dikirimin coding, ckckckk..
BalasHapusseruu ya Mbak, punya pasangan yang sama-sama bergelut di dunia yang sama, saling pengertian pastinya :)
klo saya biasa WA PakSu itu foto anak-anak, atau klo gak foto bayar tagihan listrik dll hihihh *biar jelas gitu uangnya dikemanain aja *upsss
wah asyik juga kayaknya kalau punya pasangat hidup sesama kerja di dunia digital, apalagi sesama blogger, bisa saling komen dan gantian bikin postingan getu y hhhh :D
BalasHapus