Bersama gelas plastik yang lain, ia diangkut ke sebuah ruangan serba putih yang rapi dan sejuk. Banyak tabung kaca berjejer berisi cairan berwarna-warni. Beberapa di antara mereka ada yang diintai oleh pembawanya di bawah sebuah alat.
Tak lama kemudian, terdengar langkah manusia memasuki ruangan. Ia meletakkan tasnya di atas meja dan mulai mengeluarkan isinya, "Ah, lupa! Ada saja yang tertinggal!" katanya sambil bergegas keluar. Pandangan Sang Gelas Plastik tertuju pada botol minum kuning yang baru dikeluarkan tadi.
Ia seperti mengenalnya. "Ardi Aguna," demikian tulisan yang tertera di bagian bawah depan botol itu. Tak salah lagi!
"Hai, psstt... Kamu botolnya Ardi Aguna, kan? Hai! Aku di bawah sini!" serunya. Botol itu celingukan mencari sumber suara. Begitu menemukannya, dia masih memandang heran, "Bagaimana kau mengenalku? Oh, iya! Kan, ada tulisannya di sini."
"Ah, kau lupa, ya? Aku mengenalimu sebelum membaca tulisan itu. Kita kan, pernah bertemu? Kamu lupa hari pertamamu bertugas?" kata Gelas.
Botol Kuning itu pun segera memutar kenangan saat ia pertama kali ditunjukkan pada pemiliknya, Ardi Aguna. Nyatanya, seharian itu ia harus terus membawa air putih dalam tubuhnya. Karena Ardi lebih tertarik membeli minuman manis yang dikemas dalam Gelas Plastik.
"Kamu seharusnya lebih dekat mengintip dari balik tas. Agar kamu bisa menyaksikan betapa indahnya binar mata Ardi saat melihat warna merah menyala dari minuman itu. Uh, aku masih mengingat harum aromanya yang mirip permen karet. Tak terlupakan!" cerita Gelas antusias.
"Tidak seperti kamu. Membosankan sekali, ya. Hanya membawa air putih yang tawar dan tak berwarna. Mana Ardi tidak mau meminumnya lagi. Hahaha..." cibir Gelas.
"Mmm... Tidak juga," sanggah Botol hati-hati, "Aku pun memiliki kenangan indah bersama Ardi. Sebenarnya, setelah meminum minumanmu, malamnya Ardi batuk-batuk hingga kerongkongannya terasa nyeri. Kata dokter, Ardi sensitif terhadap bahan tambahan buatan dalam minuman itu."
"Hah? Kasihan, Ardi. Sayang sekali aku sudah tidak di sana untuk meminta maaf," desah Gelas, "Kau tahu, kan? Begitu isiku habis, tempat sampah menjadi hunianku."
"Sejak itu, Ardi jadi lebih mendengarkan nasihat Ibu soal bekal. Selain sehat, bekal dari Ibu selalu diusahakan untuk minim sampah. Ardi bahkan juga senantiasa berusaha mengingat dan menjalankan manajemen sampah yang 5R itu," jelas Botol.
"5R? Apa saja itu?" tanya Gelas penasaran.
"Kamu seharusnya lebih dekat mengintip dari balik tas. Agar kamu bisa menyaksikan betapa indahnya binar mata Ardi saat melihat warna merah menyala dari minuman itu. Uh, aku masih mengingat harum aromanya yang mirip permen karet. Tak terlupakan!" cerita Gelas antusias.
"Tidak seperti kamu. Membosankan sekali, ya. Hanya membawa air putih yang tawar dan tak berwarna. Mana Ardi tidak mau meminumnya lagi. Hahaha..." cibir Gelas.
"Mmm... Tidak juga," sanggah Botol hati-hati, "Aku pun memiliki kenangan indah bersama Ardi. Sebenarnya, setelah meminum minumanmu, malamnya Ardi batuk-batuk hingga kerongkongannya terasa nyeri. Kata dokter, Ardi sensitif terhadap bahan tambahan buatan dalam minuman itu."
"Hah? Kasihan, Ardi. Sayang sekali aku sudah tidak di sana untuk meminta maaf," desah Gelas, "Kau tahu, kan? Begitu isiku habis, tempat sampah menjadi hunianku."
"Sejak itu, Ardi jadi lebih mendengarkan nasihat Ibu soal bekal. Selain sehat, bekal dari Ibu selalu diusahakan untuk minim sampah. Ardi bahkan juga senantiasa berusaha mengingat dan menjalankan manajemen sampah yang 5R itu," jelas Botol.
"5R? Apa saja itu?" tanya Gelas penasaran.
"Yang pertama, Refuse. Ardi selalu berusaha menolak kemasan plastik. Yang kedua, Reduce. Kadang pada situasi tertentu, sulit sekali untuk menolak atau tidak memakai plastik sama sekali. Maka Ardi berusaha membatasi penggunaannya hingga sesedikit mungkin," papar Botol.
"Yang ketiga, Reuse. Itulah yang dia lakukan padaku. Dia setia membawaku ke mana pun karena aku bisa diisi ulang. Oya, sejak hari itu, Ibu juga makin memperhatikan variasi menu, kok. Jadi, kadang aku pun menikmati aroma jus buah, susu bahkan smoothies sayur dalam tubuhku." ujar Botol bangga.
"Ah, mengapa Ardi baru sadar setelah membuangku? Kan dia bisa saja menggunakanku lagi seperti dirimu," keluh Gelas.
"Tidak bisa, Gelas. Jenis bahan kita berbeda. Kamu memang didesain untuk sekali pakai. Jika kondisimu masih bagus, maka kamu bisa saja diterapkan R yang keempat, Recycle. Sayangnya, kondisimu sudah cukup rusak dan kotor. Bagaimana hari-harimu selama ini?" tanya Botol.
"Ya, begitulah. Waktu terasa berjalan lambat. Aku bercampur-baur dengan aneka sampah di dalam tong itu. Termasuk dengan mereka yang bau dan dapat melukaiku. Kemudian, aku cukup lama berada di tengah tumpukan plastik-plastik sepertiku. Hingga akhirnya dibawa ke sini," cerita Gelas nanar.
"Pasti hal yang berat untukmu, ya. Apa lagi sudah berlangsung selama 20 tahun," Botol berempati.
"Dua puluh tahun? Selama itukah?" Gelas sangat terkejut, "Kamu sendiri, apa yang kamu lakukan?"
"Sepertinya aku sudah bercerita. Aku masih setia melayani Ardi selama 20 tahun ini," tandas Botol.
"Masih? Jadi? Maksudmu? Pemuda yang tadi masuk ke sini itu... Ardi?" Gelas kebingungan.
"Ya, kamu tidak mengenalinya?" tanya Botol.
"Ah, aku malu dan merasa bersalah. Jujurlah padaku. Apakah Ardi membenciku?" selidik Gelas.
"Tidak. Dia hanya berusaha bersikap bijak terhadap plastik," hibur Botol.
"Hhh, apa lagi yang bisa diberikan plastik bekas sepertiku? Oh, Botol! Katakan padanya siapa aku. Bisa jadi dia ingin memungutku sebagai... kenang-kenangan, mungkin?" harap Gelas.
Botol tertawa kecil, "Gelas, kamu tahu kita sama-sama tidak bisa menyampaikan itu padanya. Tenang saja, Ardi punya rencana brilian untukmu. Dia hendak melakukan R yang kelima padamu dan plastik-plastik itu, yaitu Rot alias membusukkan," jelas Botol.
"Membusuk? Tidak! Mengapa ini terjadi padaku?" Gelas histeris.
"Lalu apa maumu? Terus-menerus berada dalam tumpukan sampah di luar sana?" tanya Botol.
"Tidak. Ah, siapa tahu setelah ini aku hancur sendiri, kan? Aku ingin berakhir tenang," angan Gelas.
Botol menggeleng, "Plastik sekali pakai sepertimu butuh waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk hancur sendiri. Kamu masih sanggup menunggu?"
"Tidak, Botol. Tentu saja tidak," Gelas mulai tergugu, "Apa yang akan dilakukan Ardi padaku?"
"Dia akan menguji enzim pelebur plastik yang baru ditemukan. Aku tidak tahu bagaimana rasanya, karena aku tidak pernah mengalaminya. Tapi bayangkanlah, bahwa dengan begitu penderitaanmu akan berakhir, dan kamu memberikan tempat hidup yang lebih baik di bumi," ujar Botol persuasif.
"Baiklah, jika itu baik bagi Ardi dan semua, aku bersedia. Saksikanlah, Botol! Inilah pengorbanan terakhirku," tukas Gelas mantap. Botol pun tersenyum puas.
Sejurus kemudian, terdengar suara pintu terbuka. "Ardi datang! Selamat berjuang, Gelas!"
#RoadTo4thGandjelRel
#BlogChallengeGandjelRel
Menarik banget mbak kisah gelas dan botol...setelah melewati 4R akhirnya di rot yaa...semoga ia tenang di sana setelah dikatalisasi oleh enzyme baru
BalasHapusterimakasih atas apresiasinya :)
HapusKisah yang menarik, kasihan juga ya si gelas tapi bagaimanapun ia harus tetap dihancurkan supaya tidak mencemari bumi. Baca kisah ini bikin inget zamannya SD....
BalasHapusKenapa ya...
mungkin masa2 membawa bekal sekolah ya?
HapusHari-hari panjang sang gelas plastik menunggu hingga bisa menyatu dengan bumi. Pesannya masuk banget nih Mba Farida. Keren fiksinya.
BalasHapusAlhamdulillah. Terimakasih apresiasinya 🙏
HapusDimana2 plastik..
BalasHapusHo oh :(
Hapuswah ini masalah saya juga mba, anak-anak kalau dibekali minum air putih ko masih penuh aja pas sampai rumah :((
BalasHapuscoba infused water mungkin?
HapusDan aku gagal fokus, kenapa susah banget nulis fiksi buatku. Hiks..
BalasHapusayo, kamu bisa!
HapusWah keten, Mbak. Penjelasannya lengkap dan detil. Semoga penggunaan plastik bisa dikurangi ya :).
BalasHapusaamiin.. terimakasih atas apresiasinya :)
HapusKeren banget nih mba Farida.. pesannya sampai dengan penyampaian yg sangat menarik.. Jempol..
BalasHapusalhamdulillah, terimakasih apresiasinya :)
HapusWah gelas dan botol yang menyatu dengan bumi butuh waktu panjang ya mbak ida :)
BalasHapusbetul sekali :)
HapusKeren ini...dan siapakah yang menang, apakah botol atau gelas yang dipilih Ardi nanti.
BalasHapusAh penasaran dengan lanjutan ceritanya. saya tunggu dengan setia , Mak yaaaaa
hehehe.. ini udah selesai sih. botol dipilih untuk dipakai. gelas dipilih untuk diuji dengan enzim pelebur :)
HapusMasih belajar juga nih soal sampah semoga bisa istiqomah amin...
BalasHapusaamiin..
HapusKeren!kasihan nasib gelas. Ia ingin jadi sesuatu yg berguna dalam jangka waktu lama. Namun nyatanya ia abadi jadi sampah selama ini. Hiks
BalasHapusbetul sekali. namanya nasib ya siapa yang tahu :(
HapusBjsa aja nih mba Farida. Memberikan pencerahan tentang gelas plastik yang kalau gak dihancurkan itu enggak akan hancur-hancur, kuat sampai puluhan tahun.
BalasHapusDan saya menunggu kelanjutannya, formula atau enzim apakah yg bisa meleburkan gelas plastik itu?
ini udah selesai say. lebih lanjut tentang enzimnya bisa googling :)
HapusJadi harusnya kita hancurkan ya botol plastiknya sebelum dibuang ke tong sampah. Penasaran gimana cara menghancurkannya nih?
BalasHapusseharusnya kita pisahkan dulu sampah menurut jenisnya. supaya plastik bisa direcycle. karena kalau dia tercampur dengan yang lain jadi susah didaur ulang sehingga menumpuk :)
HapusGa sis sia sia nih berkunjung ke blog mu mbak. Salam kenal ya.. senang banget baca fiksi padat makna seperti ini!
BalasHapussalam kenal juga :)
HapusKeren penulisannya, membawa pesan untuk mencintai lingkungan
BalasHapusalhamdulillah, terimakasih apresiasinya :)
Hapuslanjutkan mba
Hapusinsyaallah :)
HapusMantap banget ceritanya mba, aku sukaaa...ayo ngefiksi lagiii..
BalasHapusyuukk :)
HapusBagus mbak. Ini kalau dibikin lagi dengan kalimat yang lebih mudah dipahami oleh anak kecil lalu dikirim ke majalah anak mungkin bisa dimuat nih. Temanya mengajari nak cinta lingkungan.
BalasHapusiya juga ya.. :)
HapusPesannya tersampaikan mbaak, jadi galau sama tokoh Gelas
BalasHapusaih, aku pun galau :P
HapusKeren banget fiksinya, suka nih mengemas pesan tentang penggunaan plastik dalam cerita fiksi, jarang ada yang seperti ini. Jadi nggak bosan bacanya :)
BalasHapusalhamdulillah, terimakasih apresiasinya :)
HapusYa Allah, ini jenis artikel pembawa pesan yang sangat menarik Mbak, enak juga diikutinya. 😍
BalasHapusalhamdulillah, terimakasih apresiasinya :)
HapusWah unik sekali sih penyampaiannya, jadi ini ceritanya 20 tahun kemudian si botol lagi reuni ama si gelas sebelum didaur ulang :))
BalasHapusbetul sekali. sebelum si gelas dilebur :P
HapusKirim ke media cetak Mbaaak. Biar dibaca banyak orang
BalasHapussemoga menemukan jalannya. aamiin.. :)
HapusSebuah cerita dengan sudut pandang yang berbeda untuk mengajak pembaca sadar akan lingkungan, terutama kepedulian terhadap penggunaan plastik. Serasa baca dongeng, tapi bukan isi tentang nasihat kehidupan, melainkan nasihat tentang lingkunga. Cakeeep
BalasHapusalhamdulillah, terimakasih apresiasinya :)
HapusBagus bangett, coba cerita dulu kek gini...jadi bisa mencintai lingkungan dengan baik melalui cerita seperti ini.. wahh harus dimasukkan kedalam buku anak anak ni bagus banget
BalasHapusalhamdulillah, terimakasih apresiasinya :)
HapusAku jadi ikut kebawa suasana, nih mbak. Aku jadi ngebayangin diriku jadi mangkuk atau piring di situ, wkwkwk
BalasHapusCeritanya bikin baperrrr. Sukak.
BalasHapusWah semoga enzim pelebur plastik bisa beneran ditemukan ya. Biar sampah plastik lebih mudah didaur ulang.
BalasHapus