Kali ini, aku mau cerita soal perkembangan yang kualami usai mengikuti serentetan Parade Happy Inner Child yang diadakan Ruang Pulih setiap Ahad, 15 Agustus - 12 September 2021 lalu setiap petang hingga malam hari selama tiga jam. Durasinya panjang, ya? Namun, memang bernas sih, materinya. Jadi betah aja mengikuti karena menyadari aku membutuhkannya.
Memang sudah berlangsung dua bulan lalu. Namun, efeknya masih terus melekat dan kupakai sampai sekarang. Sebab, materi-materi yang dibawakan oleh para narasumber dipandu Mbak Intan Maria Lie dan Mas Adi Prayuda ini bukan sekadar untuk menambah pengetahuan, melainkan lebih kepada bagaimana semua itu bisa menemani kita terus berproses menjadi lebih baik dari hari ke hari.
Apa lagi, sambil mengikuti setiap sesi webinar ini, aku juga berusaha menyempatkan diri membaca buku tulisan Mbak Intan dan Mas Adi yang berjudul "Luka Performa Bahagia". Jadinya, dapat paket komplet, deh. Aku bisa belajar secara interaktif melalui multimedia, juga berproses secara lebih santai dan menyesuaikan ritme aktivitasku sehari-hari dengan menyempatkan membaca buku ini.
Kondisi Awal
Yang namanya berproses, untuk menyatakan diri sudah berhasil itu kan, harus sadar kondisi awal kita bagaimana, ya. Sehingga, bisa dibandingkan dengan keadaan sesudah berproses nanti. Kalau aku pribadi, bisa dibilang sebelum mengikuti parade webinar dari Ruang Pulih dan membaca buku "Luka Performa Bahagia" ini, sudah setengah jalan.
Artinya, aku sudah pernah tahu apa itu inner child, aku sudah berusaha berdamai dengan luka yang terkait dengan trauma masa lalu, dan bisa dibilang aku dalam keadaan cukup stabil secara emosional ketika mulai mengikuti webinar dan membaca buku.
Terus, buat apa dong, berpartisipasi kalau sudah menjalani dan merasa enggak ada masalah? Jawabannya, karena aku merasa masih setengah jalan. Sesekali, aku masih mudah terpicu emosinya jika terkait dengan masa lalu itu. Aku sadar betul bahwa emosiku berlebihan dan itu disebabkan oleh luka di masa kecil. Jadi, aku merasa belum benar-benar pulih. Sepertinya, ada proses yang kurang atau ada bagian yang belum kupahami. Makanya, aku mengikuti webinar dan membaca buku ini.
Proses yang Kujalani
Ternyata, benar. Sejak awal Mbak Intan dan Mas Adi membuka parade webinar ini aja, sudah banyak kata kunci yang belum kukenali. Misalnya: inner parenting, sadar napas, art therapy, dan masih beberapa hal lagi.
Rupanya, kita bisa lo, menyembuhkan luka di masa kecil dengan menjadi pribadi dewasa yang mengasuh kembali si kecil dalam diri. Cara yang berbeda dengan yang selama ini kutempuh, yaitu berusaha menjadi orang yang lebih tegar dan mengesampingkan hal-hal mengganggu.
Pada batas tertentu, kita akan kelelahan. Hal-hal yang tadinya kita abaikan, akan muncul sewaktu-waktu dan kembali mengganggu karena memang belum terselesaikan. Mengakui adanya masalah, keterbatasan, dan segala emosi serta perasaan kita adalah tahap penting yang ternyata selama ini sering aku lompati begitu aja.
Dengan memberikan waktu bagi diri untuk menyadari, mengakui, dan menerima itu semua, efeknya jauh lebih sehat bagiku. Aku enggak perlu mengingkari, menolak, dan menyalahkan apa pun. Aku hanya perlu memahami hubungan sebab-akibat dari semuanya, lalu mengambil langkah berbeda yang lebih produktif.
Sadar napas merupakan aktivitas yangs angat sulit bagiku. Sebelumnya, aku biasa mengartikan berlatih napas itu, ya mengaturnya. Menghitung kapan menarik dan membuang napas, menata bagian tubuh mana yang bergerak saat menghirup udara dan membuangnya.
Ternyata, bukan begitu, Saudara-saudara! Sadar napas itu, ya cukup disadari aja gerak keluar-masuknya napas kita. Enggak perlu diatur, dicegah, atau disuruh. Biarkan dia masuk sesukanya, dan keluar semaunya. Biarkan dia terasa berat, cepat, panjang, ataupun pendek. Cukup disadari aja, "Oh, saat ini napasku sedang tersengal-sengal. Oh, sekarang aku sedang berat banget menghela napas ...."
Begitu juga soal art therapy. Tadinya, aku memahami ini sebagai aktivitas yang berusaha menyenangkan hati dengan kegiatan mewarnai. Ternyata, enggak dong. Saat mewarnai dan menulis di halaman yang disediakan dalam buku "Luka Performa Bahagia," kita diizinkan menulis dan mewarnai dengan perasaan dan emosi apa pun!
Enggak harus menyuruh diri kita senang saat melakukannya. Lagi sedih, marah, kecewa, malu, takut, jijik, atau apa pun itu, tulis dan warnai aja. Enggak ada salah dan benar. Kita boleh menulis apa pun dan memilih warna mana pun. Enggak perlu pusing soal komposisi atau keindahan.
Sebab, memang sejatinya halaman-halaman yang kita tulis dan warnai itu disediakan untuk menemani kita berproses. Mulai dari mengenali emosi, mengakui, dan menerimanya. Setiap kita menyelesaikan satu bab termasuk menulis atau mewarnai di sana, diharapkan kita selangkah lebih dekat pada peningkatan performa.
Hasil
Setelah menuntaskan semua tahapan dalam webinar dan buku, apakah aku telah berhasil pulih? Syukurlah, aku jadi semakin stabil dan mampu mengelola pikiran, emosi, dan perasaan. Hari-hariku lebih banyak diisi dengan hal-hal produktif secara manusiawi. Artinya, semua terjadi bukan karena aku menekan atau mengabaikan hal-hal negatif, melainkan akibat sudah bisa menerimanya dan menyikapinya dengan netral.
Tentu aja, enggak otomatis jadi manusia super setelah mengikuti webinar dan membaca buku ini. Aku masih terus berproses dan sepertinya memang enggak ada kata final. Kita semestinya terus berproses memperbaiki diri, kan?
Bedanya, dengan mengenal buku ini dan mengecap materi-materi dari webinar di atas, banyak luka di masa lalu yang enggak lagi menggangguku saat pemicunya muncul. Kalaupun ada yang sempat mengusik, aku jadi lebih tahu apa yang perlu kulakukan ketika sebuah gangguan emosional datang.
Terima kasih banyak buat Mbak Intan Maria Lie dan Mas Adi Prayuda yang telah meramu formula nan indah untuk mengubah luka dalam diri menjadi performa yang membawa kebahagiaan ini dalam sebuah buku yang sangat berharga ini.
Kalau kamu berminat untuk memilikinya dan ikut berproses juga, bisa pesan di aku melalui WhatsApp di 087877645588, ya. Semoga kita bisa terus meningkatkan performa kita dan bersedia memilih bahagia setiap hari.
Webinar pun bisa untuk topik acara sekeren ini dan membuat pesertanya sampe total menerapkan ilmunya ya...keren Kak
BalasHapusWah, ini keren banget acaranya, Mbak. Bisa bantu berproses buat mengenal diri dan bantu jadi lebih baik lagi :)
BalasHapusMasyaAllah, kalo membicarakan tentang luka masa kecil atau luka batin yang belum sembuh saya pengen nangis mbak
BalasHapusSaya juga sangat ingin menyembuhkan semua luka batin yang saya miliki saat ini
Terimakasih atas infonya ini mbak
Semua orang pasti memiliki kisahnya tersendiri ya kak,dan itu bergantung dengan kita untuk cepat / tidaknya "berdamai" dengan masa lalu yang membuat kita trauma.
BalasHapusUntuk itu support orang sekitarlah yang paling penting dalam proses penyembuhan nya
Membaca cerita kak Farida, saya jadi ingat luka yang sampai saat ini belum sembuh. Malah ditambah lagi. Dan itu bikin saya 'berat' untuk pulang ke rumah orangtua. Pengen menyembuhkan luka dan rasa takut yang ada. Biar nggak ganjel dan bisa damai :)
BalasHapusAkhirnya saya pun berhasil menulis 5 artikel mengenai inner child juga mbak. Memang ga selamanya inner child berhubungan dgn kesedihan. Bahkan happy inner child jg bisa buat orang gagal move on
BalasHapusWebinar yg sangat bermanfaat dan dapat menambah wawasan banget. Banyak belajar dari artikel ini
BalasHapusBetul, Mba. I ner child ini memang perlu dikenali penyebabnya biar ditemukan solusinya. Acceptance ini pintu awal self healing.
BalasHapusSalut sama pengalaman mba untuk bangkit, semoga semuanya bisa baik-baik saja. Terus salut jg sama orang" yg beruasaha membantu yg lain dengan ilmunya contohnya ya dengan webinar dan duku di atas
BalasHapusKalau soal inner child ini memang wow sih. Aku belakangan merasa kalau ini beneran butuh buat dibenerin biar nggak kaya anak ngasuh anal gitu.
BalasHapusAku sering jahat ninggalin anakku sendiri kalau aku lagi capek banget dan anaknya mulai bertingkah. Aku rasa, ini relate sama perasaan ditinggalkan yang dulu aku rasain pas ibuku memilih kerja kantoran lagi.
kalau mengikuti webinarnya memang harus dibarengi dengan baca bukunya ya mba...
BalasHapusaku salut deh dengan orang-orang yang berjuang mengubah luka, menjadi bahagia. tetep semangat ya mba :)