Kalau mendapati kasus disleksia, sering kali orang kemudian menyarankan anak tersebut lebih menekuni dunia seni gambar, ketimbang memaksa mereka untuk berjibaku menguasai baca-tulis sesuai usianya.
Enggak heran, sih. Sebab, kebanyakan memang kita akan menemui para disleksia itu ternyata memiliki bakat yang menonjol saat mereka diizinkan membuat doodle, alias corat-coret menjadi sebah gambar. Pengetahuan ini juga jadi meluas dan menguat berkat peran film yang terkenal seperti "Taare Zameen Par" yang dibintangi Amir Khan dan "Wonderful Life", sebuah film yang diangkat dari kisah nyata dan menjadikan Atiqah Hasiholan sebagai pemeran utamanya.
Disleksia = Ahli Seni Gambar?
Namun, apa iya, semua anak disleksia berbakat di bidang seni gambar? Berdasarkan pengalamanku yang memiliki anak disleksia, ternyata tidak sesederhana itu, Kawan! Kami sebagai orang tua mulai mengenali keterlambatannya dalam baca-tulis di usia enam tahun. Sebuah fakta yang sulit diterima Suami jika dibandingkan dengan kami, orang tua dan kakak-kakaknya.
Aku berusaha lebih santai karena setahuku usia tersebut belumlah menjadi harga mati bagi anak normal unntuk dicap tidak mampu. Mereka masih punya waktu hingga usia delapan tahun untuk menguasai keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.
Sempat juga terpikir apakah anakku ini disleksia. Namun, mengingat tumbuh-kembangnya sejak usia tiga tahun terkait aktivitas mewarnai dan menggambar yang pernah kutuangkan dalam artikel "Merekam Jejak Memori, Mengasah Cita dan Cinta", kupikir seni gambar bukanlah bakatnya.
Berhubung aku masih mengira bahwa setiap anak disleksia itu unggul dalam hal tersebut, maka aku menyediakan alat gambar sekadar untuk menguatkan otot-otot jarinya saat menulis nanti. Sayangnya, anakku sama sekali tak tertarik dengan kegiatan menggambar. Bahkan, sekadar doodle berupa lingkaran atau benang kusut pun dia malas.
Jungkir-Balik Kehidupan Anak Disleksia
Hingga usia sembilan tahun, putriku masih kesulitan membaca dan menulis. Kami pun membawanya ke psikolog. Di sana, dia dites lengkap dan hasilnya menyatakan bahwa dia disleksia. Serangkaian terapi pun dijalaninya selama berbulan-bulan.
Syukurlah, ada perkembangan signifikan di setiap bulannya. Dia semakin lancar membaca dan kuat menulis. Gagapnya semakin berkurang, sehingga hobinya bercerita bisa semakin kencang. Bahkan, kemampuannya menulis latin lambat-laun mengungguli teman-teman sekelasnya.
Banyak temannya yang lupa bahwa dulu putriku pernah tidak bisa menulis. Yang mereka tahu, sekarang dia bisa menulis latin dengan indah dan cepat, di saat seisi kelas mengeluhkan kebijakan guru yang meminta muridnya selalu menulis dengan huruf sambung, bukan huruf balok.
Kemudian, tiba-tiba aja keterampilan mewarnai dan menggambarnya pun meningkat pesat. Dia yang tadinya tak bisa mengisi bidang dengan warna secara penuh dan rapi, kini bahkan pandai bermain gradasi, bayangan, highlight, dan efek-efek menggambar lainnya.
Soal seni gambar pun, makin hari makin halus aja goresannya. Apa lagi kalau memakai alat digital. Sat set sat set tanpa ragu dan dia selalu menampilkannya dengan bangga. Dia bahkan punya standar yang tinggi untuk bisa mengagumi suatu hasil seni gambar. Enggak gampang membuatnya kagum dengan sebuah anime tertentu dari sisi artistiknya.
Ternyata, Disleksia Itu ...
Semakin banyak aku membaca tentang disleksia, ternyata memang kondisi ini enggak otomatis berkaitan dengan bakat di dunia seni gambar. Enggak semua anak disleksia unggul di bidang seni. Banyak juga di antara mereka yang berkemampuan tinggi dalam bercerita dan dunia rekayasa mesin.
Jadi, dalam mengembangkan potensi anak, memang sebaiknya kita selalu kembali ke konsep dasar. Beri aja mereka kesempatan bereksplorasi sebanyak-banyaknya tentang berbagai hal. Tak perlu terburu-buru mengambil kesimpulan. Jangan terpengaruh dengan berbagai teori dan pengalaman yang sudah pernah ada.
Biarkan nanti mereka sendiri yang memilih dan menunjukkan kecemerlangannya di bidang apa. Tugas kita selanjutnya tinggal mendukung, memfasilitasi, dan berkonsultasi dengan ahlinya. Bisa jadi, si disleksia kita memiliki bakat di luar seni gambar, bercerita, atau permesinan. Itulah yang membuatnya selalu unik, tak bisa disamakan dengan pribadi mana pun di dunia ini.
Adakah seorang disleksia di sekitarmu? Bagaimana pengalaman hidupnya? Apa bakat terbesarnya?
Gara gara nonton film India yg bercerita ttg anak disleksia dulu, saya pun jadi kepikiran kalau anak disleksia itu identik dengan mahir menggambar. Hehehe ... Sekarang pemikiran saya pun makin terbuka deh ...
BalasHapusOOh kirain Bilqis homeschooling, ternyata di sekolah formal ya?
BalasHapusSemoga ananda Bilqis semakin pintar nulisnya, nggambarnya, sekolahnya, sehat sekeluarga.
Sek Mak, Bilqis itu anak ke 3? 4? Eeh ingatnya cuma Abdurrahman.
Anak ke-3. Dul anak ke-4
HapusUntuk urusan bakat emang baiknya kita beri kesempatan pada anak untuk mengeksplore seluas-luasnya. Biar dia bisa menyadari apa yang menjadi kesukaannya, ketertarikannya hingga nanti bisa mahir dan jadilah keahliannya.
BalasHapusSemoga ananda makin pintar, hebat dan sehat ya, kakak..
Semangat terus belajarnya buat Bilqis, dukungan keluarga jadi kunci ya
BalasHapusMasya Allah, menerima kondisi anak tertentu memnag mem,butuhkan keikhlasan ya :) luar biasa salut sama orang tua yang bisa menerima anaknya dalam kondisi apapun, paling tidak sudah sama-sama berjuang berusaha mengoptimalkan tumbuh kembangnya :) semangat
BalasHapusAlhamdulillah mbak, saya ikut gembira membaca cerita ini. Sabar dengan proses ini yang saya tangkap
BalasHapusMasya Allaaaah. Beneran ya, perhatian, pengasuhan, dan pendampingan orangtua adalah koentji. Jadi pelajaran banget nih buat orangtua.
BalasHapusiya ih saya juga dulu ngiranya disleksia itu lebih diusahakan menguasai seni gambar, ternyata nggak yaa. semoga Bilqis makin menyenangi kegiatan yang dia suka ya
BalasHapusIya, anak anak dileksia banyak yang pandai menggambar ya mbak
BalasHapusAnak disleksia perlu dukungan dan kesabaran orang tua ya mbak
Pernah nonton Taare Zamen Par film India tentang disleksia, keren banget. Iya bener emang lebih mengarah ke bakat menggambar. Ternyata emang beda2 ya, ngga semua condong ke seni, ada ke rekayasa mesin juga.
BalasHapusSatu kata ya maak harus SABAR, aku lihat temenku anaknya kembar sama2 telat bicara apalg baca tulis. Ibunya sabaar yg satu sekarang sudah normal.dan pinter yg satu masih tahap.belajar dan rajin terapi
BalasHapusBaru dengar tentang Disleksia ini nih kak jadi pengetahuan baru buatku. Bener banget sih setiap anak tuh punya keunikan tersendiri sekalipun seorang disleksia belum tentu diagnosanya sama ya kak dengan anak lainnya. Karena, pribadi yang berbeda dan tentunya punya keunikan tersendiri.
BalasHapusbener mbak, setuju. anak yang terlihat memiliki keterlambatan, sebaiknya memang segera di bawa keahlinya, ya. takutnya kalau dibiarkan aja justru nggak tau akarnya di mana dan anak juga dipandang sebelah mata oleh lingkungannya. alhamdulillah bilqis sudah jauh lebih baik ya mbak
BalasHapussetuju mba, balik lagi ke karakter dan kondisi anak ya.. ngga semuanya bisa sama, meskipun memiliki keluhan atau kondisi yang mirip. semangat terus ya.. semoga selalu ada jalan.
BalasHapusNgga pernah jumpa sih mb, cuma pernah ntn di film aja dan iya bener harus sabaaar banget untuk mengenali dan mengarahkan sesuai karakter anaknya yah
BalasHapusAku belajar banyak dari tulisan kak Farida mengenai disleksia ini, karena sejujurnya, anak keduaku juga apa-apa "lebih lama" daripada anak pertamaku.
BalasHapusYang harus kulakukan adalah terus memberikan semangat dan gak memiliki standar yang terlalu tinggi untuk si anak.
Beruntung sabarbundanya jadi anak ngak tertekan bun. Saya juur tahu disleksia ini dri film india taare itu. Dan beneran butuh kesabaran dan pengertian ortu sehingga anak bisa diarahkan untuk terapi dan akhirnya bisa membaca dan menulis. Juga menunjukkan bakatnya yg tersembunyi
BalasHapusSalah satu atasanku pernah cerita kalo dia divonis disleksia juga pas kecil. Tapi memang dengan bimbingan dan terapi, akhirnya dia juga bisa mengejar ketertinggalan nya mba. Cuma kalo dibilang dia bakat Senin, seumur2 aku blm pernah liat hasil gambarnya bagus 😄. Tapi dia memang ahli dalam hal IT.
BalasHapusAku suka sekali dengan kalimat "beri aja mereka kesempatan bereksplorasi sebanyak-banyaknya tentang berbagai hal" Karena itu artinya seorang anak punya kesempatan untuk 'menemukan dirinya sendiri' karena setiap anak unik
BalasHapussetuju banget sama kakak bahwa biarkan nanti mereka sendiri yang memilih dan menunjukkan kecemerlangannya ya :D
BalasHapus