Belakangan, makin banyak aja yang memujiku sebagai penulis produktif. Iya, sih. Memang aku lagi menggarap banyak proyek menulis buku dan skenario. Senang? Pastinya! Namun, enggak bisa memungkiri juga bahwa makin lama kayanya aku kena burnout kerja, deh.
Apa Itu Burnout Kerja?
Ya, salah satu istilah yang sering berseliweran di jagat media sosial ini cukup bikin aku berpikir apakah aku termasuk yang mengalami burnout kerja, ya? Kalau ada yang belum tahu apa itu, ini merupakan kondisi stres kronis di mana pekerja merasa lelah secara fisik, mental, dan emosional gara-gara pekerjaan.
Hem, mungkin aku enggak benar-benar merasa seperti itu, ya. Pembeda yang sangat mendasar adalah aku bekerja atas keinginanku sendiri. Aku enggak memiliki satu atasan yang akan selalu memberi pekerjaan, memantau, dan menuntutku.
Sebenarnya, selama ini ya, semua aktivitas menulis yang kujalani ini ya atas pilihanku sendiri. Aku yang memilih bersedia mengikuti proyek-proyek tersebut. Padahal, kondisiku sedang hamil tua, terserang flu, dan susah tidur karena kulit mengalami alergi.
Dalam hal menulis buku, aku bersedia menulis novel adaptasi miniseri dan ingin mengikuti suatu lomba. Soal skenario, aku yang menyanggupi untuk tandem mengikuti lomba dan di tempat lain menjadi penulis bayangan. Bahkan, masih ada lagi tawaran yang kuterima untuk menulis konten promosi untuk peluncuran sebuah film.
Apa sebenarnya, aku kewalahan gara-gara dipimpin oleh diri sendiri, ya?
Tanda Burnout Kerja
Kondisi ini ditandai dengan tiga hal, yaitu:
Kelelahan Fisik
Orang yang mengalaminya akan selalu merasa kekurangan energi dan lelah sepanjang waktu. Kalau aku sih, biasanya selalu penasaran dan ingin segera menuntaskan pekerjaan. Namun, begitu kesempatan mengerjakannya datang, tiba-tiba aku merasa kosong dan lelah, begitu. Apakah aku telah terbelah menjadi atasan sekaligus bawahan diriku sendiri?
Kelelahan Emosional
Burnout juga membuat orang merasa depresi, enggak berdaya, dan terperangkap di dalam pekerjaannya. Apakah aku begitu? Kayanya sih, enggak sampai segitunya, ya. Aku cuma kebingungan cari waktu dan mengumpulkan energi untuk menyelesaikan.
Kelelahan Mental
Mereka yang mengalami burnout akan sering menunjukkan kelelahan sikap, mulai merasa sinis dan negatif terhadap orang lain maupun pekerjaannya sehingga cenderung merugikan diri sendiri, pekerjaan, organisasi, dan kehidupan pada umumnya. Nah, lo! Apakah aku begitu? Rasanya sih, enggak, ya.
Lifehack-ku Menyikapi Burnout Kerja
Entahlah. Apakah aku enggak merasakan secara utuh ciri-ciri burnout di atas itu karena memang enggak burnout, atau sebenarnya sudah bisa mengatasinya. Selama mengalami tanda-tanda kelelahan dan kemacetan, aku melakukan beberapa lifehack ini.
Tidur
Ini cara palinng sederhana meski membutuhkan kemewahan tersendiri untuk menjalaninya. Menjadi ibu tujuh anak yang sedang hamil dan sakit serta mengalami alergi kulit, tentu bukan hal mudah untuk mendapatkan waktu tidur. Jadi, ya aku harus bisa memanfaatkan waktu sesedikit apa pun untuk tidur walau hanya lima menit.
Pijat
Lifehack ini hanya berani aku ambil sebulan sekali. Sebab, pijat itu artinya meninggalkan semua urusan tanpa bisa dijeda. Bahkan, tidur aja aku masih bisa dibangunkan sewaktu-waktu. Sedangkan kalau sedang pijat, si batuta yang masih ASI masih suka berontak saat aku menyusuinya sambil dipijat karena dia takut dipijat juga. Ha ha ha.
Makan dan Minum
Buka lemari makan dan kulkas atau pergi ke dapur untuk menemukan makanan atau minuman apa yang bisa memperbaiki suasana hati. Maklum, aku kan, sedang hamil dan menyusui. Jadi, selalu punya alasan untuk menjadikan camilan sebagai pelarian.
Membaca dan Menonton
Ya, semangat tinggi tetapi otak buntu itu bisa jadi karena kekurangan bahan. Jadi, aku mencoba mengumpulkannya melalui bacaan atau tontonan, dua hal yang sudah menjadi hobiku. Makanya, asyik aja kalau dipaksa melakukannya.
Jalan-jalan
Terkadang, kita menemukan ide dari hal yang tampak enggak berhubungan sama sekali dengan topik yang sedang kita cari. Maka, di situlah peran jalan-jalan. Kebetulan, kemarin ada tawaran mendadak menghadiri undangan acara sebagai bloger.
Berhubung selama dua tahun pandemi ini aku belum pernah hadir dalam acara bloger lagi, ya langsung aku iyakan deh, tawaran itu. Lumayan banget bisa menyegarkan pikiran, bertemu suasana baru, sekaligus menimba ilmu.
Kalau kamu, pernahkah mengalami burnout kerja? Bagaimana caramu mengatasinya?
Wah selain bekerja, kita juga harus menjaga Kesehatan Mental kita loh. Jadi jangan sampai Burnout yak. Semangatt 💡👩💻👩💻
BalasHapusTidur jadi pilihan saya juga kalau udah merasa lelah lahir batin. Memang dipaksakan juga tidak akan maksimal ya. Kita sendiri yang harus tahu sampai mana kekuatan diri ini
BalasHapusMasyaAllah berarti sehari menulis berbagai project selama bersama jam, mbak?
BalasHapusAku termasuk yg santai kerja tapi udah lari-lari kalau deadline, hahaha.
Palingan kalau capek ya jalan-jalan, tutup laptop.
Aku pernah mengalami burnout kerja. Saking banyaknya kerjaan dan gak tahu mana dulunyang mau diselesaikan. Malas pusing dan lemas gitu. Salah satu caranya ngilangin ya pijit dan tidur.
BalasHapusAku beberapa kali ngalamin burnout yg kadang tuh emang membuat mood mudah berubah-ubah dan cenderung lebih sensitif. Utk atasinya memang harus refreshing dan break sejenak
BalasHapusDulu pas masih kerja kantoran sering burnout, maklum kerja jadi jurnalis mobilitas dan tingkat stressnya tinggi banget. Klo burnout saya suka keluar dari kantor, nongkrong di minimarket atau warung dan menikmati me time sendirian. biasanya sih 30 menit juga sudah cukup sih. klo burnoutnya lg parah, biasanya lebih milih tidur dulu sejenak sekitar 1 jam. abis itu biasanya lebih enakan.
BalasHapusSetuju banget, kka Farida.
BalasHapusAku pernah serasa "Untuk apa sih aku melakukan hal-hal kaya gini?"
Dengan kembali menanyakan hal mendasar apa yang aku lakukan ini membuat kita rehat sejenak dari pekerjaan dan melakukan hal yang disenangi. Kalau aku senengnya kalau uda kumpul sama temen di dunia nyata dan bener-bener gak pegang gadget. Jadi pas pulang, aku fresh dan bisa kembali fokus kerja dengan hati gembira.
Sukses selalu untuk kka Farida.
Semoga senantiasa sehat dan penuh semangat saat bekerja.
Waaahhh, sama Mba...
BalasHapusSaya juga gitu, tidur jadi pilihan pertama :D tapi kalau pas khilaf gitu biasanya saya lari dan bisa dapat 6-7K...hehe
Ah iya, kalau pekerjaan sangat banyak dan padat merayap
BalasHapusMaka akan kena burnout deh
Kalau aku, mengatasi burnout adalah nonton drakor
saya kalau burn out kayaknya belum sih, mbak. cuma kadang bosan dengan kerjaan harian karena memang sifatnya rutin banget kayak nggak ada tantangannya. tapi di lain pihak kerjaan yang terlalu rutin ini juga yang bikin saya bisa ngeblog. heu
BalasHapus