Dalam artikelku setahun lalu yang membahas tentang film-film Willem Dafoe, aku pernah berencana membahas tentang film "At Eternity's Gate" secara terpisah. Dengan segala alasan kesibukan, akhirnya aku akan menuntaskannya dalam artikel ini.
Film ini memberiku banyak pengetahuan tentang Vincent Van Gogh yang tadinya cuma kudapat sepotong-sepotong. Tentang sejarah, watak, pemikiran, dan tentu aja karya-karyanya. Ada banyak inspirasi baru yang kudapat dari kata-kata Van Gogh film "At Eternity's Gate", terutama sebagai pekerja kreatif. Apa aja itu?
1. Karya Sebagai Warisan
Maybe God made me a painter for people who aren't born yet.
Kata-kata Van Gogh yang satu ini merupakan yang terepik efeknya buatku. Saat aku baru menulis 1-2 novel dan merasa gemas karena penjualannya begitu-begitu aja, kata-kata ini membangunkanku untuk enggak terburu-buru dan hanya bergantung pada keberuntungan pemula.
Ya, kali. Vincent Van Gogh yang lukisannya hingga berjumlah seribuan aja cuma laku satu lukisan seumur hidupnya. Bagaimana enggak? Pelukis yang tadinya beraliran realisme kemudian banting setir pada sebuah aliran seni lukis yang saat itu belum ada namanya.
Seniman besar kelahiran Belanda ini melukis di luar konteks fisik dan emosional melalui marka kuasnya yang meliuk-liuk. Penggambaran sesuai dengan keadaan jiwa sang pelukis yang spontan saat melihat objek ini belakangan dikenal dengan aliran seni lukis ekspresionisme.
Saat itu, aliran Impresionis-lah yang sedang naik daun. Wajar aja kalau lukisannya banyak yang enggak laku karena enggak sesuai selera pasar. Dia sampai jatuh miskin dan terkena gangguan mental. Apa enggak lebih mengenaskan itu?
Akan tetapi, optimismenya begitu luar biasa. Dan, lihat dong, seperti apa sekarang? Satu abad kemudian, dunia menghargai karyanya karena unsur-unsur gaya lukisnya digunakan oleh seniman ekspresionis . Makanya, aku yang baru menulis beberapa tahun ini enggak boleh patah semangat. Siapa tahu, buku menjadi best seller di abad berikutnya. Amin!
2. Karya yang Baik adalah Karya yang (Cepat) Selesai
The painters I like all paint fast in one clear gesture, each stroke. You’ve heard of “a stroke of genius”? Well, that’s what it means.
Memakai aliran seni tersendiri bukan berarti memusuhi aliran seni yang sedang tren. Justru, Van Gogh pun mendapatkan inspirasi dari gaya impresionis yang sedang viral. Namun, dari situ dia menemukan cara lain untuk berekspresi di atas kanvas.
Warna-warna cerah pada lukisan impresionisme membuat Van Gogh pindah ke Arles, sebuah kota di Prancis, pada Februari 1888 agar mendapatkan lingkungan yang memiliki lebih banyak cahaya matahari. Memang, gaya impresionisme sangat mengandalkan pencahayaan.
Sebagaimana disebutkan dalam blog Sunglow Mama tentang palet warna, warna sangat penting fungsinya untuk membuat sebuah karya menjadi hidup. Maka, sejak itu, lukisan Van Gogh banyak didominasi warna kuning, biru, dan ungu pucat.
Dalam pengerjaan karyanya, impresionis harus bekerja cepat untuk menangkap efek cahaya pada saat pergantian hari menjadi senja atau sebaliknya. Mereka harus mengorbankan detail lukisan. Meskipun demikian, kesegaran kuas teknik Impresionis secara naluriah menarik perhatian banyak orang.
Memang, banyak sekali penulis yang menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk selesai menulis satu buku. Namun, aku memilih untuk menuntaskan dengan cepat. Supaya enggak macet di jalan saat menulis, aku berusaha melakukan riset lengkap dan membuat kerangka yang jelas sebelum mulai menulis.
Biasanya, aku menargetkan waktu sebulan untuk menyelesaikan sebuah naskah. Aku percaya, emosi di awal ide muncul itu harus segera diikat karena akan cepat menguap dan mengalami degradasi seiring waktu berjalan.
3. Berkarya dengan Jujur
I’ll show what I see to my human brothers who can’t see it. It’s a privilege. I can give them hope and consolation.
Ini bukan sekadar enggak menjadi plagiaris. Lebih dari itu, kita sebaiknya menghasilkan karya sebagai hasil dari pengendapan dari pengetahuan, pemikiran, perasaan, dan pengalaman kita tentang sesuatu. Sebuah obyek yang sama akan ditangkap berbeda oleh setiap orang.
Tugas kita adalah menyampaikan sesuai dengan kesan yang kita terima. Jika berkesan bagi kita, maka hal itu pun bisa berkesan bagi orang lain. Jika itu bisa menambah kualitas hidup kita, maka ia juga bisa memberikan efek yang sama jika kita menularkannya apa adanya.
Itulah secuplik inspirasi lukisan Van Gogh yang menempel di benakku. Bagaimana denganmu? Apa yang kamu ketahui tentang dia? Bagian mana yang paling berkesan bagimu?
kebetulan lagi ngikutin obrolan di komunitas ISB tentang blog dan valuenya
BalasHapusYang terpenting berkarya dan berkarya secara konsisten
Reward mungkin saja bisa segera didapat, mungkin juga sesudah kita tiada
Keren tanpa plagiat pantas kalau lukisan Van gogh abadi dan terus di cari kolektor
BalasHapus"Tugas kita adalah menyampaikan sesuai dengan kesan yang kita terima. Jika berkesan bagi kita, maka hal itu pun bisa berkesan bagi orang lain. Jika itu bisa menambah kualitas hidup kita, maka ia juga bisa memberikan efek yang sama jika kita menularkannya apa adanya."
BalasHapusRangkaian kalimat yang makjleb banget ini. Nyatanya memang kejujuran diri akan menular kepada orang lain. Begitupun dengan rasa bahagia. Saat kita melihat kebahagiaan orang lain atau memberikan kebahagiaan bagi orang lain, biasanya efek kebahagiaan itu akan terasa juga di kita.
Poin kedua itu bener banget dan bikin ingat jaman jadi mahasiswa 'skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai' :-D
BalasHapusDan saat kita percaya diri dengan kemampuan kita meski hasilnya gak langsung terlihat tapi masih konsisten menekuni itu memang luar biasa..
Karya yang dinikmati hingga berabad-abad setelahnya ini mengagumkan sekali.
BalasHapusTapi akan untuk siapa royalti yang diperoleh ya..?
Rasanya memang seniman sejati tidak untuk siap-siapa (uang dan nama besar) tapi untuk dedikasinya di dunia seni itu sendiri ya...
Keren banget, perenungan seorang penulis novel, kak Farida.
Berkata dengan jujur itu kayak semacam bekal bahwa kejujuran itu number Wahid.
BalasHapusCuss konsisten selalu dalam berkarya yg bermanfaat
karya yang bagus tentu akan diminati bahkan hingga bertahun-tahun setelah karya itu terbit yaa. Dan bila sudah seperti ini, memang benar bila dikatakan bahwa karya itu adalah warisan
BalasHapusBener banget, mba. Karya itu ibarat nyawa pembuatnya. Jadi pasti kalo orginal atau otentik berasa lebih dekat dengan pembuat karyanya yah
BalasHapusAku gak kenal sih mbak. Tapi setuju banget sama kata katanya. Aku langsung terinspirasi. Terutama bagian karya harus jujur. Kayak menyuruhku untuk lebih jujur menggali informasi untuk karya bukuku selanjutnya. Makasih mbak
BalasHapusBagus-bagus quote-nya ya. Tampak simpel, tapinya bisa berarti dalam. Aku agak ketampar nih dengan quote: Karya yang Baik adalah Karya yang (Cepat) Selesai. Huhu, aku sering rasanya punya ide bagus, tapi ya itu, gak selesai2. Mandek, dan lamaaa selesainya. Atau malah mangkrak gak selesai. Kudu banyak belajar nih dari Van Gogh melalui kata-kata mutiaranya.
BalasHapuspaling suka sama quotes "Maybe God made me a painter for people who aren't born yet." :')
BalasHapuskarya sebagai warisan, pengen banget punya karya yang terus diingat oleh orang lain. Kuncinya memang kudu konsisten ya. Kadang punya niat aja yang gede tapi ga di realisasikan
BalasHapusAku baru tahu ada film ini Mbak. Menginspirasi ya. Bisa gitu ada pemikiran karyanya mungkin dihargai sama generasi masa depan dan ternyata kejadian. Memang memotivasi jadinya
BalasHapus