Di balik kisah sehari-hari yang terasa biasa, tersembunyi cerita luar biasa tentang seorang ibu pengusaha bernama Alfira Oktaviani. Dia ibu rumah tangga asal Sleman, DI Yogyakarta, yang menjalani kehidupan wirausaha dengan semangat yang membara.
Awal Mengenal Ecoprint
Setelah
menikah dan mengandung, Fira, panggilan akrab Alfira Oktaviani, merasa perlu
mencari peluang yang menghasilkan di samping perannya sebagai ibu rumah tangga.
Setelah mencoba dunia batik dan shibori, kecintaannya terhadap dunia fesyen dan
seni telah mendorongnya menjelajahi ecoprint, teknik kreatif yang masuk
ke Indonesia pada tahun 2016.
Bermula di tahun 2017, Alfira bergabung dalam sebuah lokakarya di Bantul, Yogyakarta, untuk menjawab rasa penasaran tentang ecoprint. "Cetakannya berasal dari bentuk dan warna asli daun, diproses dengan pemanasan dan dikukus selama dua jam," jelas Fira tentang teknik ecoprint steaming.
Unik, begitulah yang pertama kali diresapi Fira saat mengenal teknik dan produk hasil ecoprint. Hal ini membuat Fira seketika jatuh cinta dan ingin mengembangkannya. Sebagai seorang perempuan yang lulus dari jurusan apoteker, Fira merasa dorongan untuk mengeksplorasi ecoprint sebagai bentuk pelajaran baru.
Ilmu-ilmu
seperti morfologi tumbuhan dan manajemen apotek yang didapat di bangku kuliah,
secara tidak disangka dapat diterapkan pada bisnis yang juga mengajarkannya ilmu
baru ini, yaitu tentang usaha berkelanjutan.
Berdirinya Semilir Ecoprint
Dari titik
itulah, lahir Semilir Ecoprint di tahun 2018. Setiap usaha kecil dimulai dari
sebuah ide, dan keyakinan pada ide baik yang layak ditemukan menjadi inti dari
Semilir. Visi dan misi Semilir menjunjung tinggi budaya, memberdayakan, serta
mewakili semangat usaha yang berkelanjutan.
Semilir Ecoprint bukan sekadar bisnis. Ia mempersembahkan fesyen yang merangkul lingkungan dengan teknik ecoprint steaming dan pewarnaan alam. Lewat setiap produk yang tercipta, Fira mengeksplorasi kekayaan flora Indonesia dengan mengejawantahkan upaya pelestarian budaya dan alam.
Fira mewarnai
media kainnya dengan pewarna alam yang telah menjadi bagian sejarah Indonesia,
bahkan tertoreh dalam prasasti Bali Kuna dan Jawa Kuna. Terdapat enam spesies
pewarna alam dalam serat Centhini.
Proses
eksplorasi dalam pewarnaan alam yang dilakukan memerlukan waktu yang lama,
karena pencelupan sebanyak 5-10 kali. Proses ini diarahkan oleh katalog pewarna
alam NADIN BBPKB Kemenperin.
Tak cukup
sampai di situ, Fira menghidupkan kain tersebut dengan motif-motif asli dari
daun atau bunga di sekitarnya. Fira memanfaatkan sampah menjadi karya.
Daun-daun tua dan bunga-bunga yang berguguran dipungutnya dan diatur sebagai
pola di atas kain. Kain kemudian digulung, diikat erat agar cetakan motifnya
rapi, dan dikukus.
Warna-warni hasil ecoprint begitu memikat mata, seolah menyampaikan kebaikan alam bagi kita. Semilir akan membawakan kita ke dalam kegembiraan alam, seolah-olah menjadi sihir dari ibu bumi. Produk-produk yang dihasilkan menjadi teman setia dalam setiap langkah kita.
Ia menciptakan
refleksi artistik yang memancarkan harmoni alam yang ramah lingkungan. Dari
alam, kembali ke alam. Bahkan, daun atau bunga bekasnya pun sudah dipikirkan
Fira untuk tak terbuang sia-sia. Fira mengubahnya menjadi pupuk.
Hasilnya
meliputi produk-produk fesyen seperti tas, dompet, payung, sampul agenda dan
paspor, wadah kartu identitas, pakaian, selendang, cinderamata yang bisa
diadopsi oleh perusahaan, serta produk tekstil lainnya yang berwawasan
lingkungan dan memamerkan kecantikan alami dunia tanaman khas Indonesia.
Mengawali
seorang diri, Alfira merintis bisnisnya dengan menjual produk-produknya melalui
platform daring seperti Instagram. Mengasah kemampuan memahami target pasar dilakukan
dengan metode "belajar sambil beraksi" hingga menjadi pijakan bagi
ekspresi, penciptaan, dan kontribusi pada lingkungan.
Berkembangnya Sang Bisnis Ramah Lingkungan
Seperti
sepotong kisah dalam aliran zaman, Fira tumbuh sebagai pelaku bisnis fesyen
yang menggabungkan warisan dengan teknik pola ecoprint untuk menghasilkan
produk berkelanjutan yang memukau. Dalam perjalanan, bisnis Fira terus
berkembang dan bahkan mulai merekrut karyawan pada akhir tahun 2018.
Tanpa
direncanakan sebelumnya, orang-orang di sekitarnya ikut terlibat dalam
usahanya. "Tetangga saya, ibu-ibu rumah tangga, juga turut serta dalam
produksi. Bahkan, mereka menanam tanaman yang nantinya bisa digunakan untuk pola ecoprint,"
ujar Fira.
Kolaborasi
antara mereka pun membuahkan kreasi-kreasi baru melalui teknik-teknik yang
inovatif. Tak lagi sendiri, Fira bekerja berdampingan dengan kelompok ibu-ibu
yang memberinya dukungan dalam menciptakan beragam aksesori dan kerajinan
tangan. Usaha-usaha kecil merupakan nadi bagi komunitas mereka, pendorong
pertumbuhan ekonomi yang tak terbendung.
Bahkan, kala
pandemi melanda, Semilir beradaptasi dengan berkarya bersama UMKM dalam
produksi masker ecoprint berbagai motif, serta paket DIY yang memberikan
kesempatan bagi pembeli untuk berkreasi di rumah.
Program
pengabdian Semilir tak berhenti sampai di situ. Ia juga bekerja sama dengan
Hutan Wanagama untuk desa binaan Banaran Gunungkidul. Selain memberikan
pelatihan, program ini juga mendampingi proses dari hulu hingga hilir.
Keistimewaan Semilir Ecoprint
Tahun 2019,
tercetus ide di benak Fira untuk menggunakan kain lantung Bengkulu dari Kaur,
Bengkulu Selatan, tempat kelahiran sang ayah. Suatu bentuk apresiasi terhadap
akar budaya yang ingin diangkatnya dalam dunia yang lebih luas.
Lantung
Bengkulu bukan sekadar bagian dari sejarah masyarakat Bengkulu. Pengakuan
sebagai warisan budaya takbenda Indonesia membuatnya menjadi harta yang patut
disyukuri. Menyadari tugasnya yang tak cukup hanya dengan mengukirnya sebagai
warisan masa lalu, Fira sebagai bagian dari generasi masa kini merasa tanggung
jawab memastikan warisan ini lestari dan menjadi bagian dari identitas yang
membanggakan.
Di masa
penjajahan Jepang dulu, kulit kayu lantung digunakan sebagai pakaian. Namun, lewat
sentuhan Semilir, kulit kayu lantung kini bermetamorfosis menjadi produk fesyen
dengan keistimewaan utama milik Semilir melampaui produk ecoprint
lainnya. Selain juga penggunaan daun dan bunga dalam harmoni minimalis yang
menghadirkan nilai lebih dalam setiap rancangan.
Menerima Apresiasi Satu Indonesia Awards 2022 di Bidang Kewirausahaan
Diakuinya
pewarna alami Yogyakarta sebagai warisan budaya takbenda sejak tahun 2019 oleh
Kemdikbud RI menjadi angin segar bagi produk Semilir yang sudah memadukannya
sambil mengangkat warisan budaya dalam wujud kulit kayu lantung. Bangga merupakan kata yang pantas saat menggabungkan warisan budaya dalam karya kita,
menjaga keakraban dengan alam, serta melestarikan budaya yang menjadikan diri apa adanya.
Kreativitas dan
dedikasi Fira membuahkan hasil dengan meraih penghargaan SATU Indonesia Awards
2022 di bidang kewirausahaan. Dia mendapatkan pengakuan ini karena dinilai
telah memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat melalui cintanya
pada fesyen dan seni.
Visinya yang
kuat untuk mendidik masyarakat tentang kemewahan budaya Indonesia, pentingnya fesyen berkelanjutan, dan dampak
positifnya terhadap lingkungan mampu mendorong perubahan industri dunia mode. Ribuan
ibu telah bergabung dan berdaya menjadi bagian dari gerakan ini.
Di akhir wawancara melalui obrolan Whatsapp, Fira berpesan bagi para pemula di dunia bisnis, "Ketika membangun bisnis, kita harus berani melangkah. Sebab, satu langkah kita sangat berarti dibandingkan berpikir saja. Berani mencoba dan tetap bersemangat."
Kesuksesan dan
semangat Alfira Oktaviani bersama Semilir Ecoprint hari ini menjadi bukti nyata
bagaimana seseorang dapat mencapai kesuksesan dalam dunia fesyen ramah
lingkungan dengan tekad, kreativitas, dan komitmen terhadap kelestarian
lingkungan. Sebuah usaha yang tidak hanya menghasilkan keuntungan jangka pendek,
tetapi juga memelihara keberlangsungan kesejahteraan bagi masa depan Indonesia
yang berkelanjutan.
Kita semua juga bisa menjadi Alfira Oktaviani berikutnya. Buka seluruh pancaindra, temukan gairah, terus belajar, dan mulailah melangkah hari ini dengan penuh semangat membangun masa depan.
Sumber foto: dokumentasi pribadi Alfira Oktaviani.
Suka salut akutuh sama ibu² yg super produktif dan peduli sekitar ini. Semoga Semilir Ecoprint ini bisa menginspirasi banyak pihak, khususnya kaum perempuan yah, supaya bisa lebih berdaya.
BalasHapusTidak banyak generasi muda yang peduli lingkungan seperti Alfira ini. Semoga prestasinya ini menginspirasi yang lain ya
BalasHapusSalut untuk Alfira Oktaviani dan inovasinya menghadirkan kain ecoprint. Selain cantik, filosofi Semilir juga mendekatkan kita dengan alam.
BalasHapusSalut untuk kak Alfira Oktaviani dengan menghadirkan kain ecoprint. Semoga kreativitasnya menginspirasi ibu-ibu lainnya.
BalasHapusKeren ya bisa memanfaatkan teknik eco printing di kain khas Bengkulu. Bisa mengangkat local wisdom sekaligus menyelamatkan lingkungan ya
BalasHapusMasyarakat Indonesia sbnrnya bnyk yg kreatif, termasuk mbak Fira ini. Hny memanfaatkan daun2 berguguran aja bs jd ide bisnis yg bermanfaat buat sesama. Ga hanya membersihkan sampah tp jg bs bikin fesyen yg unik. Kreasi spt inilah yg bikin Indonesia ttp maju perekonomiannya.
BalasHapuskeren nih Alfira, idenya dan dedikasinya membuahkan hasil wajar jika beliau dapat anugerah satu indonesia awards, semoga Indonesia menjadi lebih baik ke depannya melalui karya anak bangsa seperti Alfira
BalasHapusDari ide, kreatifitas dan segera mewujudkan dengan teknik shibori yang ramah lingkungan. Sebenernya, kita bisa saja bergerak sendiri dengan ide-ide tersebut, namun dengan mengajak lingkungan untuk sama-sama melakukan yang terbaik demi terciptanya sustainable fashion, maka ini menjadi istimewa.
BalasHapusSeru ya Ecoprint itu
BalasHapusSaya juga jadi pengen punya baju yang ga ada samanya karena daunnya beda-beda meski satu tanaman