Film "Super Didi" (2016) menghadirkan cerita yang merespons peran tradisional dalam pengasuhan di Indonesia. Klise tentang tugas suami mencari nafkah dan istri mengurus anak masih melekat dalam budaya kita. Namun, film ini dengan cerdas menggambarkan betapa pemahaman yang terbatas terhadap peran ini dapat meremehkan atau bahkan mengabaikan pentingnya pembagian peran yang seimbang.
"Super Didi" Bercerita Tentang Apa?
Dalam film yang disutradarai oleh Hadrah Daeng Ratu dan Adis Kayl Yurahma, serta ditulis oleh Budhita Arini, diceritakan kisah "Super Didi" yang mengambil isu di atas sebagai latar. "Didi" dalam judul film merujuk pada ayah bernama Arka (Vino G. Bastian), yang dipanggil seperti itu oleh anak-anaknya, Anjani (Anjanique Renney) dan Velia (Aviela Reyna).
Arka dan Wina (Karina Nadila) menjalani kehidupan keluarga yang terlihat sempurna. Arka sukses sebagai seorang arsitek di sebuah perusahaan konstruksi, sementara Wina menjadi ibu rumah tangga yang berdedikasi dalam merawat kedua putri mereka yang menggemaskan dan tetap menjaga hubungan dengan lingkungan sosialnya.
Tiba-tiba, Wina menerima panggilan telepon dari Meisya (Patty Sandya), sahabatnya yang tinggal di Hong Kong, bersama suaminya, Kei (Verdi Solaiman). Meisya meminta Wina ke Hong Kong untuk memberikan dukungan dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi rumah tangganya.
Agak menggemaskan sih, Meisya dan Kei ini. Mereka bertengkar untuk hal-hal remeh sampai harus melibatkan Wina yang jauh-jauh meninggalkan keluarga. Mana Wina orangnya enggak tegaan lagi. Dengan terpaksa, Arka pun mengizinkan demi membuat istrinya merasa lebih tenang.
Situasi ini mengubah dinamika keluarga Arka dan Wina, sehingga Arka dihadapkan pada tugas mengurus anak-anak mulai dari mandi, mengepang rambut, membuat sarapan, mengantar ke sekolah, serta permintaan kedua putrinya yang belum pernah dia lakukan.
Padahal, bersamaan dengan itu, dia harus menjalankan proyek penting dengan tenggat waktu yang ketat. Terjadilah benturan-benturan di antara kedua tanggung jawab tersebut. Arka harus terus memutar akal agar keduanya berjalan lancar dan seimbang.
Alur Cerita
Alur cerita film ini memiliki arah yang dapat ditebak, terutama saat anak-anak Arka terlibat dalam pertunjukan drama "Timun Emas" setelah Wina pergi. Naskah film ini mungkin terkadang terasa klasik, tetapi hal ini tidak mengurangi kualitasnya secara keseluruhan.
Budhita Arini dengan bijak menghindari konflik besar dan lebih berfokus pada penggambaran kesulitan-kesulitan sehari-hari yang dihadapi oleh Arka. Film ini juga berhasil menjaga kesan realistis dalam ceritanya.
Satu kekuatan besar "Super Didi" adalah kemampuannya untuk menghadirkan komedi yang tulus dan tidak murahan. Humornya membantu menggambarkan perjuangan Arka tanpa menjadikannya terlihat bodoh. Film ini bukan tentang mengolok-olok peran ayah, tetapi lebih tentang menghormati perjuangan mereka dalam mengurus anak-anak.
Kualitas drama dalam film ini juga patut diacungi jempol. Film ini berhasil mengangkat isu yang relevan tentang pengasuhan dengan cara yang menginspirasi, tanpa membuat penonton merasa diserang. Gambaran tentang pepatah yang menyatakan "It takes a village to raise a child" juga bisa ditangkap di sini.
Di antara sedikitnya film Indonesia yang mengangkat peran ayah dalam keluarga, "Super Didi" berhasil menjadi film yang jujur, menghibur, dan dapat dinikmati oleh semua kalangan, dengan pesan bahwa menjadi seorang ayah memiliki keasyikan sendiri yang berhasil disampaikan dengan baik.
Akting Para Pemain
Aktor-aktor dalam film ini tampil dengan baik. Vino G. Bastian menonjolkan peran Arka yang seimbang antara komedi dan drama. Performa aktris cilik Anjanique Renney dan Velia Aviela Reyna juga patut diapresiasi, menghindari kesan mengganggu yang sering terlihat pada anak-anak pemeran.
Ada Kekurangannya?
Buatku sih, tidak ada masalah berarti. Paling-paling, terkadang Arka terasa agak terlalu "Vino". Dalam artian, cukup mahir menjalankan peran sebagai ayah dan menjalin ikatan emosional dengan putrinya, seperti Vino di dunia nyata.
Aku membayangkannya Arka ini lebih awam dari itu. Namun, anggap saja itu karena Arka cukup cerdas dan sudah bertahun-tahun melihat bagaimana istrinya mengurus anak. Jadi, dia lebih mudah meniru dan beradaptasi.
Kata orang, tidak ada sekolah menjadi orang tua. Namun, kalau Anda sangat tertarik dengan ilmu parenting di Malang, silakan baca-baca tentang Sekolah Parenting Harum yang dapat menginspirasi kita untuk lebih menikmati peran sebagai orang tua yang berdaya.
Kadang butuh loh tonton bertema keluarga yg menghibur dengan alur cerita yang ringan. Dari dulu suka sama akting Vino, karena kalau konyol atau kocak tuh wajah khas gitu, selalu disisipi jokes yang relate
BalasHapusWah, aku kira film baru nih. Enw, alur ceritanya seriusan kek can relate gitu ya sama kehidupan bapack² yg mau nggak mau harus mengurus anak²nya. Jarang lho ada yg bisa kek Arka gini. Intinya, ini sih suamiku harus nonton, xixixi..
BalasHapuswaw, seru nih kyknya. pasti bakalan bisa relate sama banyak bapak-bapak yang struggle dengan merawat anak hihi. tapi aku jadi ikutan gemes sama temennya si WIna ini. masa iya sampe harus bawa-bawa temennya ke Hongkong
BalasHapusSaya belum pernah nonton Super Didi ini, Mbak. Padahal sudah ada dari tahun 2016, ya. Bagus isu yang diangkat, bagaimana peran ibu tangga dan berbagai tugasnya. Dan menjadi ibu rumah tangga itu tidak mudah. Karena kadang kan, ada suami yang ngomong, "kamu ngapain saja di rumah?"
BalasHapusHanya menurut saya yang kurang pas, soal Wina harus bela-belain meninggalkan anaknya demi membantu menengahi urusan rumah tangga temannya. Kalau dilihat, ya harusnya keluarga lebih penting. Jadi mungin soal ini, bisa dibuat lebih Wina memang harus terpaksa meninggalkan anak-anak. Misalnya, orang tua wina sakit mendadak.
Keren ya Super Didi bisa menampilkan sosok ayah dalam balutan komedi. Semoga makin banyak film sejenis mengingat Indonesia masuk jajaran negara fatherless.
BalasHapusFilm seru nih yang bs ditonton brg keluarga. Sekalian bs ngenalin fungsi2 anggota keluarga dan bs slg memahami bersama.
BalasHapusAyah, meski kesannya krg bnyk fungsinya di keluarga, tp jg ckp berat spt yg diperankan si Vino ini.
Jd penasaran nih aktingnya si Vino saat meranin ayah meski emg udh jd ayah. Jd seharusnya ga sulit ya peraninnya.
Secara konsep oke, sih, cuma agak kesal juga sama Meisya-Kei. Maksudnya halooo itu istri dan ibuknya anak-anak, kenapa harus direpotin sih. Maybe konflik yang ini agak kurang klik ya menurutku. Cuma karena ternyata genrenya ada komedi, jadi ya, masih wajar sih
BalasHapusAku belum nonton film Super Didi. Baca ulasan di atas wajib bangte nih buat nonton filmnya.
BalasHapusBelum nonton karena terkendala bawa bayi
BalasHapusHmm semoga segera ada di aplikasi nonton legal
Supaya enggak was was nontonnya
Masya Allah,di Malang ada sekolah parenting ya? Keren banget nih, coba di Jember juga ada pasti tambah seru
BalasHapusAku belum nonton filmnya, kayaknya seru nih, ceritanya juga ringan kan?
BalasHapusPeran ayah memang dibutuhkan banget saat pengasuhan anak. Dan memang harus dilibatkan sejak lahir sih karena kerasa banget bedanya kalo nggak ikut terlibat sejak anak lahir
BalasHapusUnik jalan cerita Super Didi.
BalasHapusDi saat memiliki keluarga sendiri, sang istri justru memberikan dukungan atau bantuan kepada temannya yang berada di luar negeri. Emm, agak kurang masuk akal di bagian ini sih yaa.. Tapi seneng, karena dari sini, Vino jadi makin deket sama anak-anaknya. Kadang, parenting seorang Ayah itu memang terasa lebih santai, tapi justru membentuk karakter anak menjadi lebih mandiri.