Ini memang sudah telat banget, ya. Filmnya aja sudah tayang mulai Idulfitri 2023 lalu. Meski begitu, aku menontonnya juga dua minggu kemudian, karena saat lebaran masih ribet dengan aneka acara keluarga, undangan pernikahan di sana-sini, dan repot mengurus bareng seisi rumah karena ART yang masih mudik.
Namun, enggak ada kata terlambat untuk apresiasi, kan? Toh, aku beruntung karena masa tayang film ini di bioskop lumayan lama, sehingga masih sempat menonton saat jumlah tiket yang terjual sudah di atas satu juta. Jadi, layak dong, kita bahas sekuel pertama dari trilogi film Buya Hamka ini.
Oh, iya. Meskipun judulnya "resensi", ini enggak murni formatnya seperti resensi seharusnya, ya. Ulasan ini gaya bebas aja. Kali ada yang menyasar ke artikel ini saat sedang mencari contoh resensi yang baik, maka ini bukan salah satunya. Aku bikin penyangkalan dulu, nih, daripada ada yang terjebak.
Sinopsis Film "Buya Hamka Vol. 1"
Hamka adalah pengurus Muhammadiyah di Makassar yang berhasil memberikan kemajuan pesat pada organisasi tersebut. Dia juga menulis sastra koran dan cerita roman yang disukai para pembaca. Diangkat menjadi pemimpin redaksi majalah Pedoman Masyarakat, membuat Hamka dan keluarganya pindah ke Kota Medan.
Jepang menganggap posisinya tersebut sebagai suatu ancaman hingga akhirnya terjadi benturan antara kedua pihak. Belum lagi guncangan saat salah satu anaknya meninggal karena sakit. Pendekatan yang dia lakukan pada pihak Jepang juga dianggap menjilat. Akibatnya, Hamka diminta mundur dari jabatan pengurus Muhammadiyah.
Kesanku tentang Film "Buya Hamka Vol. 1"
Alur Cerita
Penulis Alim Sudio menyajikan kisah ini dalam bentuk fragmen-fragmen kejadian penting dalam hidup sang tokoh. Bagi sebagian orang, ternyata hal ini cukup mengganggu karena terkesan melompat-lompat. Cuma, untukku ini masih aman, sih. Aku masih bisa melihat hubungan di antara kejadian-kejadian yang muncul, dan menurutku semuanya memang peristiwa pilihan yang menyusun cerita di dalamnya agar terus bergulir tanpa bertele-tele.
Kelemahannya, memang konflik yang muncul terasa kurang terjelaskan dengan baik, sehingga pemecahan masalah terlihat terlalu cepat dan kurang mendalam. Namun, karena ini baru satu dari tiga sekuel, aku masih berharap ada penguatan lagi dari sekuel pertama ini pada sekuel-sekuel berikutnya. Sebab, kalau dari trailer, sepertinya ada beberapa kejadian di sekuel pertama yang ditampilkan lagi dari sudut pandang berbeda.
Untuk seorang nonmuslim, Alim Sudio mampu membingkai bagian dari hidup Buya Hamka yang sangat mewakili karakter, aktivitas, pemikiran, perasaan, dan sumbangsih beliau bagi umat. Enggak ada yang terasa kurang maupun berlebihan. Setiap bumbunya pas buatku. Hal ini menunjukkan sang penulis telah melewati sejumlah riset mendalam untuk bisa memutuskan naskahnya akan berdiri di mana.
Aku juga suka dengan gaya penyutradaraan Fajar Bustomi di sini yang membawakan kisah pahlawan dengan hati sehingga terasa lebih membumi, bukan sosok tak terjangkau, tetapi tetap enggak mengurangi sisi agung dari seorang Buya Hamka.
Salah satu yang paling berkesan buatku adalah saat Buya Hamka menerima kabar bahwa anaknya meninggal. Keputusan Buya Hamka justru menuntaskan penerbitan korannya sesuai jadwal, bukannya segera ke kota tempat keluarganya tinggal.
Banyak film keluarga akan mengarahkan penonton bahwa keluarga adalah yang utama di atas segala urusan. Namun, seorang pemimpin umat enggak boleh hanya berpikir dan bertindak seperti seorang pemimpin keluarga semata. Keputusan tersebut tentu sangat berat diambil Buya Hamka dan diterima istrinya.
Kita bisa melihat perih isak sang Buya usai ketegasannya memimpin pencetakan koran. Indahnya lagi, kepulangan beliau berikutnya tetap disambut dengan legawa oleh istrinya yang penuh pengertian. Tampak sekali istri Buya Hamka bukan sekadar lemah lembut, tetapi juga perkasa hatinya menanggung kesedihan sendirian untuk sementara waktu.
Desain Produksi
Mengangkat kisah hidup tokoh sebesar Buya Hamka bukanlah tugas yang mudah. Namun, produksi film ini tak ragu untuk mengucurkan biaya fantastis, yang konon mencapai puluhan miliar, dan hasilnya terlihat jelas dalam kualitas produksinya yang begitu baik. Sangat mengobati kerinduan terhadap film biopik lokal yang berkualitas.
Lokasi, desain set, dan kostum film ini diatur dengan cermat untuk menghadirkan suasana era 1940-an yang otentik. Tatarias tokohnya saat tua pun tampak alami dan menyatu. Didukung sinematografi yang indah dan tatanan musik megah serta emosional karya Purwacaraka.
Durasinya yang cuma 109 menit cukup nyaman dinikmati untuk sebuah film biopik yang biasa sepanjang film India seperti yang direkomendasikan blogger Cianjur. Kebijakan membaginya menjadi beberapa sekuel sepertinya sebuah pertimbangan yang bagus dari sisi ini.
Akting Pemain
Salah satu poin kuat dari film ini adalah susunan pemain yang luar biasa. Banyak aktor hebat Indonesia seperti Vino G. Bastian, Laudya Cynthia Bella, Donny Damara, Anjasmara, dan lain-lain, berhasil menghidupkan karakter-karakter dengan penuh pesona.
Vino G. Bastian dalam peran utama sebagai Buya Hamka tampil mengesankan dengan akting yang meyakinkan. Dia berhasil membawakan karakter Buya Hamka dengan beragam nuansa dan usia, sesuai dengan peran dan situasi yang ada dalam cerita. Chemistry yang apik antara Vino G. Bastian dan Laudya Cynthia Bella sebagai pasangan suami-istri dalam film ini menambah manisnya tontonan.
Kesimpulannya, "Buya Hamka Vol. 1" merupakan film yang mampu menghidupkan semangat juang. Film ini berhasil menghadirkan nuansa masa lalu yang kental, sambil menyajikan sosok Buya Hamka sebagai seorang ulama, sastrawan, dan wartawan dengan prinsip teguh yang tak berlebihan. Film ini menjadi pengantar yang menarik untuk kisah hidup Buya Hamka yang lebih mendalam di volume-volume berikutnya. Terutama volume 2 yang sepertinya bercerita tentang masa perang melawan Jepang.
Kalau belum menonton, kamu bisa menikmatinya di Netflix. Kalau sudah, bagi dong pendapatmu di kolom komentar!
Aku beruntung bisa nonton film ini lebih dulu. Pasca beli novelnya dan dapet undangan khusus di pemutaran terbatasnya. Soal kelemahan yang ditulis, memang benar. Di Vol.I ini masih sedikit konfliknya. Nanti di Vol. II dan III baru semakin panas terutama saat Hamka dan Soekarno kemudian berkonflik.
BalasHapusYang jelas akting para pemainnya bagus, aku setuju. Dan mesti nunggu lebaran tahun depan kayaknya untuk Vol.II-nya :)
Wah emang keren banget ya kak film ini, wajib banget nonton ya. Apalagi alurnya sebagus itu... keren
BalasHapusFilm Buya Hamka volume 1 ini mendapat apresiasi yang bagus sekali. Penonton yang sudah membaca buku ataupun novelnya merasa mendapatkan visual yang sesuai.
BalasHapusAnakku udh nonton tapi aku belum.. katanya bagus. Dan baca ini juga sama. Baguus. Ah, jadi pengen nonton. Di Netflix ada klo gak salah ya.
BalasHapusWah, keren amat film baru tapi uda dibeli lisensinya sama NF.
BalasHapusLangsung bisa ikutan nge-hype bareng ka Farida mengenai Film Buya Hamka Vol. 1
Yang aku herankan, judulnya kudu banget ada "Vol. 1" gitu yaa..
Kenapa gak "The Beginning" atau apaaa gitu.. hehhee~
Penasaran sama perjuangan Buya Hamka.
Kalau sekarang, kita bergerak melalui sosial media, salah satunya blog sebagai media yang bisa menggerakkan pembaca, kalau dulu, koran yaa.. Luar biasa.
Memang tidak mudah menghadirkan tokoh sebesar dan sehebat Buya Hamka ke layar lebar. Ada sebuah "beban" yang tersurat mulai dari persiapan, naskah, penokohan dan aktor yang akan memerankan tokoh tersebut. Saya baru sempat nonton 1/3 dari keseluruhan film tapi sudah merasakan adanya lompatan-lompatan kejadian yang seharusnya tidak terjadi. Habis ini tak teruskan nonton deh.
BalasHapusAlhamdulillah, sedikit dapat gambaran bagaimana filmHamka ini. Beberapa kali mau nonton ga kesampaian karena jadwal yang bebarengan. Moga lain waktu bisa
BalasHapusMbaak, aku baru baca judulnya tak pikir lagi tayang hihii
BalasHapusternyata udh bulanan yang lalu.
emang bener, aku mau nonton ngga keburu karena momen lebaran dan libur panjang banyakan di kampung.
Makasi reviewnya, Mbak, jadi inget blm nonton dan akan segera dicari filmnya disegala chanel :D
Jadi penasaran pingin nonton juga ah di Netflix
BalasHapusTernyata pemeran utamanya Vino G. Bastian dan Laudya Cynthia Bella
Emang untuk memerankan tokoh sehebat Buya Hamka harus diperankan aktor kelas A seperti Vino
jadi penasaran dengan aktingnya Laudya dan Vino.
BalasHapusApalagi kisah yang diangkat ulama sekaligus sastrawan terkemuka.
bakalan gereget nih
Penasaran sih sama aktingnya Vino Bastian secara memang dia ada darah minangnya. Buya Hamka memang famous tentunya filmnya bagus nih. Nonton juga aahh
BalasHapusBuya Hamka ini salah satu tokoh favoritku mbak.
BalasHapusWih ternyata yang nulis naskahnya non muslim ya, tapi tetap bagus banget ya hasil filmnya.
Buya Hamka ini pemerannya siapa Mba? Vino G Bastian bukan sih? Penasaran pengen nonton juga film ini
BalasHapusSebagai geng yang sekarang kalau mau nonton harus lebih bersabar untuk menunggu kemunculannya di platform streaming resmi, aku pun masih memasukkan film Hamka ini dalam list, Mba. Apalagi di masa penayangannya waktu itu, banyak sekali review positif buat film ini. Semoga list-list tontonan sebelumnya lekas kutuntaskan biar akhirnya bisa sampai juga menyaksikan filmnya Vino G. Bastian ini.
BalasHapusIni terlewat pas lebaran kemarin mbak hiks. Setelah lebaran mau nonton, eh sampe lupa. Sekarang kudu nonton juga di Netflix. Apalagi ada bintang keren yang aktingnya gak kaleng-kaleng Vino G. Bastian dan Laudya Cynthia Bella. Resensinya bagus kok mbak, bisa buat rujukan juga :)
BalasHapus