Ada yang belum menonton film ini? Sudah hampir sebulan sejak tayang perdananya di hari Kamis, 2 November 2023, lo! Kami sekeluarga menonton di hari kedua dan sempat telat di jam pilihan. Keburu penuh, Saudara! Terpaksa deh, ambil jam tayang terakhir yang berlangsung sampai larut malam.
Terus terang, setelah Catatan Si Boy, aku penasaran banget sama film Budi Pekerti ini gara-gara enggak sengaja lihat persiapannya Angga Yunanda. Rambut dipotong jamet dan diwarnai, pakai jumper olahraga, dan lagi latihan fisik. Wow! Tampil beda, nih.
Gara-gara itu, tadinya aku mengira film "Budi Pekerti" ini tentang pahlawan super. Ternyata, dia adalah ... seperti ... Ah! Susah mengungkapkan. Pokoknya, ini rasa baru dalam dunia film Indonesia. Enggak ada kembarannya, deh.
Lalu, apa aja keunggulan dan kekurangan film berdurasi 1 jam 51 menit ini menurutku? Eh, apa iya peraih 17 nominasi di FFI 2023 ini masih ada celanya?
Keunggulan
Sutradara dan Penulis Skenario
"Budi Pekerti" disutradarai dan ditulis oleh Wregas Bhanuteja. Karya beliau yang pertama kali mengguncang jagat maya adalah film pendek Lemantun yang diproduksi tahun 2014. Saat itu, film tersebut dinikmati warganet di Youtube dan menuai banyak pujian karena indah dan kena di hati.
Sedangkan debut film panjangnya adalah Penyalin Cahaya (2021) yang kalian tahu sendirilah bagaimana pamornya, ya. Jadi, begitu membaca nama beliau, sudah terbayang sebuah karya yang kontemplatif dan artistik.
Isu yang Diangkat
Segar dan dekat banget dengan keseharian kita, terutama saat pandemi kemarin. Aktivitas daring yang meningkat tajam di berbagai sisi kehidupan, lesunya perekonomian yang berdampak pada kesehatan mental seperti yang dialami Didit suami Bu Prani, bahkan maraknya pemakaian otopet di Yogyakarta yang menjadi latar tempat film ini.
Film ini menyoroti bagaimana media sosial bisa menghancurkan kehidupan seseorang. Sosok yang tadinya begitu dicintai, berbalik banyak yang memusuhi. "Budi Pekerti" berhasil menggabungkan kritik sosial dan cerita yang mengundang refleksi.
Aku juga suka banget karena film ini sangat tampak dibangun di atas riset yang kuat. Tentang dinamika media sosial, seluk-beluk aktivitas daring, penggambaran gangguan mental bipolar, trik-trik refleksi yang digunakan Bu Prani, serta kode etik profesi psikolog.
Alur
Bermula dari sebuah artikel di platform Gaung Tinta yang mengulas tentang kuliner tradisional tersembunyi, seperti yang biasa dilakukan para travel blogger Medan maupun daerah lain. Putu bambu Mbok Rahayu mendadak viral dan ramai. Bu Prani jadi harus mengantre dan tanpa sengaja terkena boikot masal di dunia maya.
Meski tampak sederhana, cerita terus bergulir hingga menampilkan konflik berlapis yang cukup rumit dan padat. Satu kekeliruan kecil dari berbagai pihak dalam bereaksi mengantarkan pada masalah berikutnya yang lebih kompleks. Semuanya dituturkan dengan rapi dan logis.
Lokalitas
Napas Yogyakarta begitu kental di sini. Bisa dilihat dari 40 titik lokasi yang khas dan indah yang bisa menjadi inspirasi destinasi wisata. Kehidupan masyarakatnya, juga dialog yang banyak menggunakan bahasa Jawa. Wregas menampilkan kemampuan luar biasa dalam menyusun dialog, tahu betul kapan menggunakan beragam tingkatan bahasa Jawa dan Indonesia.
Akting
Jajaran nama seperti Sha Ine Febriyanti sebagai Bu Prani, Dwi Sasono sebagai suaminya, Prilly Latuconsina sebagai putrinya, dan Angga Yunanda sebagai putranya tentu sudah cukup menjanjikan. Meskipun tidak semuanya penutur bahasa Jawa asli, tetapi mereka bisa mengucapkan secara fasih dan tepat. Terbukti, film ini berhasil menyabet dua piala untuk kategori Pemeran Utama Perempuan Terbaik dan Pemeran Pembantu Perempuan Terbaik FFI 2023.
Semiotika
Sebagaimana karya-karya sebelumnya, Wregas juga menggunakan banyak simbol untuk menyampaikan maksud. Warna kuning kecokelatan yang mendominasi merupakan warna yang diambil dari sampul buku PMP zaman dulu. Pola garis vertikal di beberapa tempat sepertinya mewakili keteguhan Bu Prani dalam mempertahankan nilai budi pekerti. Belum lagi warna-warni ring light, dan yang lainnya.
Bahkan, air mata Tita, putri Bu Prani, saat mengetahui masalah yang menimpa ibunya itu ditunjukkan hanya berupa setetes di mata kiri. Mirip banget sama filosofi yang ada dalam novel "Hujan Paling Jujur di Matamu" karya Hadis Mevlana yang sempat aku coba alih wahana menjadi skrip film. Apa artinya, hayo?
Tata Suara
Efek audio bekerja sangat efektif untuk menggambarkan suasana sepi dan hiruk-pikuk yang dibutuhkan. Skoring dan lagu latar dalam film Budi Pekerti ini berhasil meningkatkan intensitas emosional, khususnya dalam adegan Bu Prani membuktikan kebenarannya.
Kekurangan
Syukurlah, film ini masih manusiawi. Maksudnya, memiliki kelemahan sebagai karya manusia. Jadinya, masih ada jalan untuk membuat yang lebih baik lagi dalam karya berikutnya. Sebagai pendapat pribadi, aku cuma sedikit terganggu dengan dua hal kecil ini.
Dialog
Ada bagian di mana dialog antar tokoh berlangsung secara kurang alami karena intonasinya monoton dan tampak seperti sekadar menunggu giliran membunyikan naskah. Sensasinya mirip dengan aku pas lagi pembacaan naskah di tengah tim skenario. Maklum, kami kan, memang bukan aktor, ya. #ngelesmodeon.
Ini kurasakan dalam dialog keluarga Bu Prani ketika pertama mengetahui masalah akibat cekcok soal antre membeli putu dan pas Bu Prani kampanye sebagai wakasek di hadapan pengurus yayasan.
Alienasi
Menjelang akhir, aku jadi bertanya-tanya ke mana aja tetangga Bu Prani selama ini, ya? Apakah Bu Prani hanya populer di sekolah dan kurang bergaul di tengah masyarakat? Untuk satu karakter Bu Prani yang sangat menjunjung tinggi budi pekerti, kok rasanya enggak mungkin ya? Sudah, itu aja.
Kesimpulan
"Budi Pekerti" adalah film yang wajib ditonton tidak hanya karena pesan moralnya yang kuat, tetapi juga karena pendekatan realistis dan emosional yang dibawakan oleh sutradara dan para pemainnya. Film ini bukan hanya tentang akting dan cerita, tetapi juga tentang bagaimana sebuah film dapat memengaruhi pemikiran dan refleksi sosial.
Ayolah nonton buat yang belum. Mumpung masih tayang di bioskop, nih.
Penasaran memang nih jalan ceritanya Budi Pekerti. Semoga masih keburu bisa nonton di bioskop...
BalasHapuskemarin sempat liat cuplikan filmnya. akting ine febrianti emang sudah tidak diragukan lagi. dulu sempet suka sama ine febrianti waktu masih jadi model. boleh ni coba nonton filmnya nanti :)
BalasHapusKatanya sih memang bagus sekali film ini sebagai pembelajaran kita mermedia sosial yang baik dan benar. Tetapi sayangnya ternyata penontonnya malah sepi. AKu memang kepengen nonton cuma waktunya aja belum sempat. Pemain filmnya keren2 semua dan berkarakter ya.
BalasHapusIsu yang diangkat emang relate banget dengan kita hari ini yaa. Wregas emang sering ngangkat setting Jogja sihh. Dan semiotikanya juga khas banget.
BalasHapusdi awal November film ini mencuri perhatianku tapi sampai sekarang aku masih belum bisa nonton, nunggu nitip anak, hahah... Topik yang diangkat relate banget dengan kehidupan sekarang yang dengan mudah memviralkan sesuatu.
BalasHapusJadi teringat ingin nonton film Budi Perkerti, waktu beberapa minggu lalu diajakin sama mak Elly nonton tapi belum sempat. Semoga minggu ini masih ada filmnya.
BalasHapusAku belum sempat nonton, padahal suami udah ngajakin tapi waktunya yang gak cocok karena kesibukan. padahal banyak yang bilang filmnya bagus sarat dengan nilai-nilai budi pekerti
BalasHapusBelum nonton film ini tapi udah lihat cuplikannya yang menyiratkan bahwa film Budi Pekerti ini bagus banget. Mengisahkan realita kehidupan kita dan sekitarnya yg kadang dibumbui akibat media sosial.
BalasHapusAku belum nonton tapi udah lihat trailer film Budi Pekerti. Pengen banget otw bioskop. Soalnya yang dibahas up to date di mana apa-apa jadi viral gara-gara potongan video
BalasHapusWah menarik banget Mbak review-nya. Jadi pengen nonton film Budi Pekerti ini. Hehe. Pengen lihat penggunaan tingkatan bahasa Jawa di situ, trus karakter-karakter tokoh-tokohnya, dll :)
BalasHapusPadahal aku pengen banget nonton ini tapi sampai awal Desember ini malah ga ketonton huhuhu. Liat trailernya aja udah berasa banget vibesnya kece ya mak
BalasHapusSutradaranya keren yaa..
BalasHapusDari yang hanya menggarap film pendek dan sukses dengan tema yang dibawakan, kini merambah ke layar lebar melalui Film Budi Pekerti.
Keren dan pastinya membuat masyarakat terbuka untuk budaya yang ada di tanah Jawa.
Saya nonton cuplikannya dan memang sangat bagus. Related juga dengan keadaan sekarang yg apa2 share dj medsos lalu berujung pada penjara.
BalasHapusAah aku juga sebetulnya mau nonton nih, masih ada gak ya.. Btw, detail bangettt ini reviewnya. Aku penasaran sama film nya karena sering liat IG Prilly yang lagi latihan ekspresi. Sampai segitunya ya untuk acting supaya terlihat natural. Oke banget sih. Ternyata hadil jadinya juga film yang berkualitas yaa 👏🏻
BalasHapus