Sebagai seorang bloger, saya telah menghabiskan bertahun-tahun membagikan pikiran, cerita, dan pengalaman saya melalui tulisan. Blogging telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan saya, tempat saya bisa berinteraksi dengan pembaca dari berbagai belahan dunia dan berbagi apa yang saya cintai. Namun, sejak pandemi bermula, saya menemukan diri ini tertarik pada bentuk ekspresi lain: menulis novel.
Keputusan untuk Berubah
Perubahan ini tidak terjadi dalam semalam. Itu adalah proses bertahap yang dimulai dengan keinginan sederhana untuk menantang diri saya sendiri dan mengeksplorasi potensi kreatif saya lebih jauh. Menulis blog telah memberi saya kebebasan untuk mengekspresikan diri, tetapi saya mulai merasa bahwa saya ingin menciptakan sesuatu yang lebih panjang, lebih kompleks, dan lebih mendalam. Saya ingin merasakan kepuasan menyelesaikan karya besar yang bisa dibaca, dicintai, dan mungkin bahkan diingat.
Menghadapi Tantangan Baru
Transisi dari menulis blog ke menulis novel bukanlah perjalanan yang mudah. Menulis blog sering kali spontan dan reaktif, mengomentari kejadian sehari-hari atau berbagi pemikiran singkat. Sebaliknya, menulis novel membutuhkan perencanaan, disiplin, dan ketekunan yang jauh lebih besar. Saya harus belajar bagaimana mengembangkan plot, mendalami karakter, dan membangun dunia yang kohesif dan menarik. Ini adalah proses belajar yang berkelanjutan, penuh dengan trial dan error, frustrasi, dan, pada akhirnya, pencapaian.
Menemukan Suara Baru
Salah satu aspek paling menantang, namun paling memuaskan, dari transisi ini adalah menemukan suara baru sebagai novelis. Dalam blogging, gaya penulisan saya cenderung langsung dan pribadi, sering kali berbicara langsung kepada pembaca. Dalam menulis novel, saya harus beradaptasi dengan berbagai perspektif dan gaya naratif, menggali lebih dalam ke dalam psikologi karakter dan merangkai narasi yang menarik dan berlapis. Proses ini memungkinkan saya untuk bereksperimen dengan berbagai teknik naratif dan mengembangkan keterampilan menulis saya secara keseluruhan.
Keajaiban Menulis Novel
Meski penuh tantangan, perjalanan menulis novel telah terbukti sangat memuaskan. Ada sesuatu yang ajaib tentang proses menciptakan dunia dari awal, memberi kehidupan pada karakter, dan menyaksikan kisah mereka terungkap di halaman. Saya telah belajar begitu banyak tentang diri saya sebagai penulis dan sebagai individu, mendorong batas-batas kreativitas saya dan mengatasi keraguan diri.
Masa Depan
Meskipun saya sekarang menghabiskan lebih banyak waktu menulis novel, saya tidak meninggalkan dunia blogging. Sebaliknya, saya melihat kedua bentuk ekspresi ini saling melengkapi. Blogging tetap menjadi cara saya untuk berinteraksi dengan pembaca secara real-time, sementara menulis novel memberi saya kesempatan untuk menggali lebih dalam dan menciptakan karya yang lebih abadi.
Perjalanan dari bloger menjadi novelis adalah perjalanan yang tak terduga, namun sangat memuaskan. Ini membuktikan bahwa sebagai penulis, potensi kita untuk berkembang dan mengeksplorasi bentuk baru ekspresi adalah tak terbatas. Saya berharap untuk terus mengejar keduanya, membawa pembaca bersama saya dalam setiap langkah perjalanan kreatif.
Oh mengejutkan sekali mba Farida. Menurutku novel lebih rumit karena satu alur sampai selesai.
BalasHapusWah sebuah keputusan besar ya mba. Mungkin bisa dibilang meluaskan kreativitas ke novel ya, bukan sekadar beralih. Aku juga pengen banget nerbitin buku gitu, tapi lagi ngumpulin semangat dan tekad.
BalasHapusMeski aktivitasnya sama-sama berupa menulis, kalau medianya berbeda kita memang jadi perlu menyesuaikan gaya penulisan, ya, Kak. Semangat. Semoga cepat mapan di jalur penulisan novel.
BalasHapusWah keren sekali mbak
BalasHapusDari ngeblog ke novel
Aku g bs nulis fiksi gitu, makanya g bs nulis novel
Wow, keren mbak. Kira-kira mbak nulis novel genre apa nih. Menurutku menulis novel lebih susah deh ya dibanding blogging heheh... Semoga sukses di keduanya ya mbak.
BalasHapusMasya Allah selamat bisa mengkolaborasikan dua hal novel dan blog. Dua hal yang bisa berbarengan
BalasHapusKeren banget, ka Faridaa..
BalasHapusSemua tetap jalan beriringan meskipun judulnya berubah, tapi nyatanya tantangan itu perlu dalam hidup yaa..
Woow keren banget Mbak Farida. Novel makin menantang yang mbak dengan berbagai teknik menulisnya ditambah perlu riset juga biar makin mendalam. Sukses selalu mbak untuk karya-karyanya.
BalasHapusKeren Mbak.. Menurut saya menulis novel itu sangat menantang. Butuh konsep dan struktur yang matang, belum lagi ide tulisan dan kata-kata yang harus menarik dan gak membosankan. Dan itu harus dibuat berlembar-lembar alias puluhan ribu kata. Sukses ya Mbak untuk karyanya.
BalasHapusKeren banget mbak bisa fokus juga ngerjain Novel dan Blog. Saya ada draft novel tapi belum selesai sampai sekarang huhu
BalasHapusMbak keren banget, aku jadi merasa tercubit, baru di tahap baca novelnya aja nih
BalasHapusWah, kalau saya kebalikannya, Mbak. Dari novel ke blogging. Saya menyukai keduanya, tetapi untuk sekarang lebih tertarik di dunia blogging.
BalasHapusMasyaAllah keren mbak. Butuh komitmen yang besar untuk menjadi seorang novelis. Merangkai sebuah cerita, membangun karakter tokoh dan menentukan alur ini menurut saya cukup menantang. Saya masih tahap belajar menulis cerpen, itupun masih belum bagus2 banget. Semangat terus berproses, dan menghasilkan karya yang bermanfaat.
BalasHapuswahh keren, semangat mbak farida bikin novelnya. ditunggu rilisnya
BalasHapussudah lama banget saya nggak nulis fiksi. Akhir akhir ini saya juga ingin menulis novel di platform tertentu. tetapi belum kesampaian.
BalasHapusMba, mau donk share langkah paling konkrit nulis novel. Ide banyak banget nih, tapi kayak bingung mau mulai darimana
BalasHapusSaya juga pengen mbak bisa ikutan nulis novel di platform yang banyak tersedia sekarang, tapi untuk mengawali belum berani. Harus banyak belajar dari mBak Farida ni
BalasHapusJadi novelis adalah salah satu cita-cita saya dulu mba, tapi sekarang sy malah lebih suka nulis yang ringan kayak artikel.
BalasHapusMemang yang namanya hidup selalu perlu tantangan baru dan sesekali keluar dari zona nyaman kita.
BalasHapusmenarik nih, menjadi penulis novel setelah "kenyang" ngeblog, hehe. tapi belajar nulis novel juga bukan hal yang mudah ya karena ilmunya juga beda. semoga sukses menjadi penulis novel ya kak, semoga bisa segera membaca salah satu karyanya nanti
BalasHapusAku kebalikanmu mba, dulu sempat ikut kelas2 bikin novel, baru nulis di blog. Bisa dibilang kalau nulis novel aku merasa lebih bebas berekspresi
BalasHapusEh, kebalikan denganku. Aku justru menulis blog setelah bertahun-tahun menulis novel dan mengalami kejenuhan. Tambah lagi patah hati ketika beberapa novelku diplagiat dan dibajak. Alhamdulillah editorku baik, sabar ngebujuk aku supaya kembali nulis novel.
BalasHapus