"Sudah ganti kurikulum, Bu?" tanyaku beberapa minggu lalu pada seorang guru senior yang mengajar di sebuah SMA negeri.
"Belum. Semoga segera, ya. Soalnya, kami para guru ini cuma bisa geleng-geleng sama Kurikulum Merdeka. Isinya cuma bermain. Padahal, ini kan sudah SMA. Mau jadi apa nanti setelah lulus? Kita ini seperti menghamba ke murid, mengikuti maunya mereka saja," jawab beliau panjang lebar.
Perubahan kurikulum dalam sistem pendidikan nasional sepertinya sudah menjadi keniscayaan di Indonesia. Saat ini, Kurikulum Merdeka tengah menghadapi berbagai kritik, seperti kurangnya struktur yang dianggap memadai dan guru yang terkesan terlalu menuruti keinginan siswa.
Akibat seringnya peralihan ke kurikulum baru, pendidikan di rumah atau home education centre, menjadi alternatif yang penting untuk menjamin pembelajaran anak tetap berjalan dengan baik.
Peran Penting Pendidikan di Rumah dalam Masa Transisi
Perpindahan dari Kurikulum Merdeka ke kurikulum baru dapat menciptakan masa transisi yang menantang, baik bagi siswa, guru, maupun orang tua. Dalam kondisi ini, pendidikan di rumah berfungsi sebagai penopang yang memastikan bahwa anak tetap mendapatkan pengalaman belajar yang berkesinambungan.
Melanjutkan Nilai-Nilai Positif Kurikulum Merdeka
Meskipun Kurikulum Merdeka memiliki kekurangan, konsep-konsep seperti pembelajaran berbasis minat, proyek, dan diferensiasi tetap relevan untuk diterapkan di rumah. Pendidikan berbasis rumah memungkinkan anak untuk terus belajar sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka tanpa terganggu oleh proses adaptasi di sekolah formal.
Memastikan Pembelajaran Tetap Berjalan
Selama periode transisi kurikulum, sering kali terjadi kebingungan di sekolah, seperti metode pengajaran yang belum jelas atau perubahan silabus yang belum sepenuhnya siap. Pendidikan di rumah menjadi solusi agar anak tetap belajar dengan konsisten, baik melalui aktivitas mandiri, bimbingan orang tua, maupun penggunaan sumber belajar daring.
Menanamkan Nilai dan Keterampilan Esensial
Selain akademik, pendidikan di rumah memberikan ruang bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai moral, agama, dan keterampilan hidup yang esensial. Hal ini penting untuk memastikan bahwa anak tidak hanya fokus pada aspek akademik tetapi juga siap menghadapi tantangan kehidupan nyata.
Menjalani Pendidikan di Rumah
Pendidikan di rumah dalam masa peralihan kurikulum bagi kebanyakan keluarga bisa jadi tidak dimaksudkan untuk menggantikan peran sekolah formal, tetapi sebagai pelengkap yang mengisi celah-celah yang mungkin muncul selama masa adaptasi.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan orang tua untuk mendukung pendidikan di rumah meliputi:
Menyusun Jadwal Belajar Mandiri
Orang tua dapat menyusun jadwal belajar yang sesuai dengan kebutuhan anak, memadukan kegiatan akademik dengan aktivitas kreatif seperti seni, eksperimen sains, atau pelatihan keterampilan.
Menggunakan Sumber Belajar Daring
Platform pembelajaran daring dapat menjadi sumber materi yang kaya untuk mendukung proses belajar anak di rumah, terutama jika kurikulum baru belum sepenuhnya tersedia di sekolah.
Berkoordinasi dengan Guru dan Sekolah
Orang tua dapat berdiskusi dengan guru untuk memastikan bahwa pembelajaran di rumah sejalan dengan apa yang diajarkan di sekolah, sehingga tidak terjadi tumpang tindih atau kekurangan materi.
Mengapa Pendidikan di Rumah Penting untuk Masa Depan?
Perubahan kurikulum adalah bagian dari dinamika sistem pendidikan yang tidak bisa dihindari. Namun, pendidikan tidak boleh sepenuhnya bergantung pada sekolah formal. Pendidikan di rumah menjadi solusi jangka panjang yang memberikan stabilitas dan fleksibilitas dalam situasi apa pun, termasuk:
Menghadapi Ketidakpastian
Dalam masa transisi kurikulum, pendidikan di rumah memberikan jaminan bahwa anak tidak kehilangan momentum belajar.
Mendukung Pembelajaran Holistik
Pendidikan di rumah memungkinkan pendekatan yang lebih personal, yang mencakup pengembangan karakter, keterampilan hidup, dan kreativitas.
Membentuk Generasi Mandiri
Dengan pendidikan di rumah, anak-anak belajar untuk mengelola waktu, mengeksplorasi minat mereka sendiri, dan mengembangkan tanggung jawab pribadi terhadap pendidikan mereka. Alih-alih merasa diri sebagai korban kebingungan kurikulum, anak justru terbiasa dengan berbagai dinamika kehidupan dan terlatih mengatasi efeknya bagi diri sendiri.
Penutup
Perpindahan dari Kurikulum Merdeka ke kurikulum baru adalah momen yang menuntut fleksibilitas dari semua pihak, terutama orang tua dan pendidik. Dalam situasi ini, pendidikan di rumah bukan hanya menjadi pelengkap, tetapi juga pondasi yang kokoh untuk memastikan anak tetap mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Dengan pendekatan yang terencana, pendidikan di rumah dapat menjadi solusi efektif yang mendukung proses belajar anak sekaligus mempersiapkan mereka untuk masa depan yang penuh tantangan.
Penjelasan tentang Kurikulum Merdeka di artikel ini sangat jelas dan mudah dipahami. Jadi makin paham manfaatnya untuk pendidikan anak-anak. Kalau boleh tahu, ada tantangan yang paling sering dihadapi nggak saat menerapkan kurikulum ini?
BalasHapusKalau menurut guru di atas ya guru seakan tidak berperan karena hanya mengikuti kemauan murid. Guru mengawatirkan masa depan murid yang diajar dengan cara seperti ini
HapusAkhir-akhir ini di timeline sosmed berseliweran video-video yang bikin hati teriris, contohnya anak SMA yang nggak bisa matematika dasar, ada lagi anak SMP yang nggak tahu ibu kota kita masuk ke provinsi mana. Sempat berpikir apakah kurikulum yang diterapkan di Indonesia salah? sepertinya semua orang berharap kurikulum merdeka di ganti dengan yang lebih tepat.
BalasHapusMenjelang itu orang tua di rumah memang butuh sekali persiapan agar tidak terjadi gap belajar ketika nanti anak mendapat kurikulum yang baru :)
Ada kelebihan dan kekurangannya ya. Namun kekurangannya ini sebisa mungkin diantisipasi dengan metode lain, karena gak asik juga kan buat perkembangan belajar anak
BalasHapus